KAIRO (Arrahmah.com) – Puluhan ribu warga Mesir melakukan shalat sunat Idul Fitri pada hari Selasa (29/8/2011) di Tahrir Square, salah satu pusat perubahan Mesir yang telah berhasil menyingkirkan mantan presiden Hosni Mubarak pada bulan Februari lalu.
Ribuan orang berkumpul dan membawa bendera Mesir untuk merayakan Idul Fitri pasca Mubarak turun dari kekuasaan.
“Tempat ini adalah milik kami. Negara ini adalah milik kami,” salah seorang warga berteriak sebelum melaksanakan shalat.
“Hari ini merupakan salah satu hari yang paling membahagiakan tanpa Mubarak. Setiap orang tahu Mesir tidak akan kembali pada masa-masa sebelum 25 Januari,” Syaikh Mazhar Shaheen, yang menjadi salah seorang orator selama pemberontakan berlangsung, menyatakan dalam khutbahnya.
“Presiden selanjutnya harus belajar dari yang sudah-sudah karena rakyat Mesir tidak akan menerima lagi ketidakadilan,” lanjutnya.
Biasanya shalat Idul Fitri yang dihadiri Mubarak dan rengrengan kabinetnya ditayangkan melalui seluruh jaringan televisi nasional. Namun tidak Idul Fitri kali ini. Televisi negara tidak hanya menayangkan acara resmi kenegaraan, tetapi juga menayangkan padatnya Tahrir Square oleh rakyat Mesir untuk merayakan hari raya umat Islam tersebut.
Anak-anak senang menerima balon dan mainan yang didistribusikan oleh kelompok pemuda dan partai politik.
Sementara itu, Mohamed Hussein Tantawi, yang memimpin dewan militer interim yang saat ini menguasai Mesir, berkumpul dengan para komandan militer dan kabinetnya untuk melakukan shalat Id yang diimami oleh Mufti Mesir, otoritas agama tertinggi di Mesir.
Pada saat yang sama, layanan pengaduan online yang dibentuk oleh aktivis HAM menyatakan menerima telepon dari 680 ibu yang kehilangan putra-putrinya dalam pemberontakan. Mereka meminta agar perayaan Idul Fitri ini menjadi momentum untuk meyakinkan apakah revolusi ini akan terus berlangsung sampai permintaan mereka terpenuhi atau berhenti.
“Ketika anda menghabiskan hari pertama Idul Fitri, jangan lupakan para syuhada yang hilang dan yang merelakan hidup mereka,” para aktivis itu menyatakan.
“Jangan lupakan mimpi yang telah kita bayar dengan mahal. Yang kami minta adalah roti, kebebasan, kehormatan, dan keadilan sosial. Revolusi ini masih harus dilanjutkan,” tambahnya. (althaf/arrahmah.com)