OUAGADOUGOU (Arrahmah.id) — Sebanyak 700 imam dan dai Muslim di Burkina Faso mengecam intoleransi agama dan etnis.
“Menyebarkan pesan yang menghasut intoleransi agama dan etnis dapat menjadi sumber konfrontasi yang sangat keras,” kata Presiden Federasi Islam Burkina (FAIB) Moussa Kouanda usai pertemuan yang mempertemukan lebih dari 700 imam dan pengkhotbah di Ouagadougou, dilansir dari Africa News (29/8/2022).
“Dengan kondisi seperti ini, bagaimana kita bisa bersatu dalam menghadapi kesulitan? Bagaimana kita bisa menghasilkan sinergi yang diperlukan untuk pembangunan nasional?”, tambahnya.
FAIB meminta dan mendesak orang melampaui diri mereka sendiri untuk memberi peluang kelangsungan hidup bagi bangsa yang sedang mengalami beberapa hari tergelap dalam sejarahnya. FAIB menginstruksikan para imam dan dai untuk mempromosikan rekonsiliasi nasional dan pemulihan persatuan sosial.
“Perjuangan multi ras dan tanpa henti untuk memulihkan integritas wilayah kita, untuk kembalinya keamanan dan kedamaian,” ujarnya.
Pernyataan itu muncul setelah adanya seruan kebencian dan pembunuhan terhadap etnis Fulani di Burkina Faso, yang telah disamakan dengan kelompok bersenjata yang telah menumpahkan darah di negara itu sejak 2015 dan yang anggotanya berasal dari komunitas Fulani.
Seruan itu diluncurkan di media sosial, terutama WhatsApp, yang menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya kekerasan yang bisa berlanjut hingga perang saudara. Hal ini membuat pemerintah mengutuk mereka dengan tegas. (hanoum/arrahmah.id)