BAGHDAD (Arrahmah.id) — Ratusan perempuan dari dari berbagai negara yang ditahan di penjara Rusafa, Irak, melakukan aksi mogok makan. Aksi ini dilakukan karena mereka menilai pihak pengadilan Irak tidak manusiawi dan tidak adil dalam memberikan hukuman seumur hidup dan hukuman mati kepada mereka. Selain itu, anak-anak mereka diambil dan dipisahkan.
Dikutip dari VK (28/4/2023), ratusan perempuan ini berasal dari Ukraina, Belarusia, Azerbaijan, Turki, Suriah, Uzbekistan, dan Kazakhstan. Mereka berada disana karena sebelumnya ikut suami atau anggota keluarga mereka yang berhijrah ke wilayah Islamic State (ISIS).
Para perempuan itu mengeluh karena persidangan untuk mereka hanya dilakukan dalam waktu 10 menit saja. Selain itu, mereka tidak dilengkapi dengan penerjemah yang kompeten dan banyak fakta yang dimanipulasi oleh pihak Irak.
“Kami menuntut agar kasus kami ditinjau ulang di pengadilan, agar orang yang tidak bersalah dibebaskan dan kami dipulangkan ke negara kami. Kami dihukum secara tidak adil atas terorisme,” kata seorang terpidana perempuan yang dihukum penjara seumur hidup, dikutip dari VK.
Pemerintah Irak berasumsi, meskipun hanya ikut-ikutan anggota keluarga, para perempuan itu ikut serta dalam membantu terorisme dan melakukan penyeberangan perbatasan ilegal. Oleh karenanya mereka harus dijatuhi hukuman jangka panjang, hingga penjara seumur hidup.
Penjara Rusafa merupakan penjara yang dikenal memiliki kondisi yang mengkhawatirkan. Banyak orang tak bermasalah ikut dimasukan kesana. Pihak penjara tidak peduli akan kapasitas ruangan, sehingga tahanan akhirnya melebihi kapasitas dan harus berdesak-desakan.
Pihak pemerintah Irak membenarkan bahwa di penjara rusafa kerap terjadi kasus-kasus pemukulan dan penyiksaan terhadap para tahanan, tapi menurutnya budayanya kini sudah berubah. Seorang deputi gubernur Rusafa bahkan mengatakan, kondisi penjara Irak saat ini masih lebih manusiawi dibandingkan pada masa Saddam Hussein. Tapi sejumlah orang yang pernah di penjara pada massa Saddam Hussein mengatakan, kondisi penjara Irak pada masa lalu dan sekarang tidak banyak berubah, bahkan bisa lebih buruk. (hanoum/arrahmah.id)