BAGHDAD (Arrahmah.com) – Ratusan warga Irak berbaris di pusat kota Baghdad pada Jumat (1/10/2021) untuk menandai dua tahun sejak protes massal anti-pemerintah meletus di ibu kota Irak tersebut dan provinsi-provinsi selatan yang menyerukan reformasi.
Sekitar 1.000 pengunjuk rasa ambil bagian dalam acara tersebut. Banyak dari mereka membawa foto keluarga dan kerabatnya yang dibunuh oleh pasukan keamanan selama protes.
Unjuk rasa itu terjadi seminggu sebelum Irak berencana mengadakan pemungutan suara.
Demonstran yang sebagian besar terdiri dari pemuda telah berkemah di Tahrir Square di ibu kota selama berbulan-bulan, mengecam korupsi yang mewabah, layanan yang buruk, dan pengangguran.
Gerakan itu mereda karena tanggapan keras pemerintah dan pandemi virus corona.
Lebih dari 600 orang tewas saat pasukan keamanan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sekarang, banyak di antara gerakan protes yang menyerukan boikot pemilu yang dijadwalkan 10 Oktober, yakin bahwa tidak ada yang akan berubah.
Mereka mengecam secara khusus serangkaian pembunuhan yang ditargetkan terhadap kelompok masyarakat sipil dan aktivis vokal yang tidak ada yang bertanggung jawab.
Pembunuhan tersebut telah menciptakan iklim ketakutan dan keengganan yang meluas untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara, terutama di kalangan pemuda Irak yang merupakan kelompok pemilih terbesar di Irak.
“Saya menentang berpartisipasi dalam pemilihan ini karena tidak ada artinya. Ini adalah partai yang sama yang berkuasa dan tidak ada yang akan berubah,” kata Walid al-Madani, seorang pegawai negeri sipil berusia 39 tahun yang ikut serta dalam protes tersebut, lansir Alaraby.
(ameera/arrahmah.com)