MARIB (Arrahmah.id) – Ratusan warga Yaman telah dipaksa keluar dari rumah mereka di provinsi tengah Marib saat kelompok teroris Syiah Houtsi terus menyerang pasukan pemerintah, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM).
Pertempuran telah berkecamuk antara pasukan Yaman dan Houtsi selama 10 hari terakhir di distrik Harib, selatan Marib, dan daerah Merkhah Al-Ulya, di provinsi selatan Shabwa, yang menyebabkan sejumlah pejuang tewas atau terluka.
Antara tanggal 19 dan 25 Maret, IOM melaporkan bahwa 235 keluarga (1.410 orang) telah mengungsi di Marib, Hudaidah, dan Taiz, sementara 2.030 keluarga (12.180 orang) telah direlokasi ke berbagai provinsi di Yaman sejak bulan Januari, lansir Arab News (29/3/2023).
Gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB yang mulai berlaku pada April tahun lalu menghasilkan penurunan besar dalam permusuhan di medan perang di seluruh negeri, terutama di Marib, serta penurunan yang signifikan dalam pengungsian internal dan kematian warga sipil.
Namun, serangan Houtsi baru-baru ini terhadap pasukan pemerintah di Harib, dan untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir serangan terhadap loyalis Houtsi, di Merkhah Al-Ulya, telah menghancurkan harapan akan adanya pakta perdamaian untuk mengakhiri konflik.
Pasukan pemerintah Pertahanan Shabwa mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah memukul mundur serangan Houtsi di Merkhah Al-Ulya dan menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak milisi.
Sementara itu, para pejabat pemerintah Yaman dan Houtsi mengatakan bahwa mereka akan mulai menukar ratusan tawanan pada 11 April dalam sebuah operasi tiga hari yang akan dilakukan oleh PBB dan Komite Palang Merah Internasional.
Kedua belah pihak sepakat dalam putaran terakhir perundingan pertukaran tawanan, yang berakhir pada 20 Maret di Swiss, untuk menukarkan 887 tahanan selama bulan suci Ramadhan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pemerintah Yaman akan menyerahkan 706 tahanan Houtsi untuk 181 tahanan pemerintah, termasuk seorang mantan menteri pertahanan dan empat wartawan yang dihukum mati oleh Houtsi, dan 19 tahanan koalisi.
Majed Fadhail, wakil menteri hak asasi manusia dan anggota delegasi pemerintah, mengatakan kepada Arab News bahwa pada hari pertama, sebuah pesawat ICRC akan mengangkut tahanan pemerintah Yaman, termasuk Menteri Pertahanan Mahmoud Al-Subaihi dan saudara laki-laki mantan presiden Nasser Mansour Hadi, dari bandara Sana’a yang dikuasai Houtsi ke Aden, sebelum kembali ke Sana’a dengan tahanan Houtsi.
Pada hari kedua, sebuah pesawat akan membawa tawanan koalisi Arab dari Sana’a ke Arab Saudi.
Dan pada hari terakhir, sebuah pesawat akan mengangkut tawanan pemerintah lebih lanjut, termasuk keempat jurnalis, ke kota Marib sebelum kembali ke Sana’a dengan para tahanan Houtsi.
Abdulkader Al-Murtada, kepala komite pertukaran tahanan Houtsi, mengatakan minggu ini bahwa mereka dan delegasi pemerintah Yaman telah sepakat untuk membentuk komite yang akan mengunjungi penjara-penjara di Sana’a dan Marib dan bahwa putaran baru pembicaraan pertukaran tahanan akan dimulai pada Mei.
Al-Murtada menambahkan bahwa proses tersebut akan berlangsung selama tiga hari, dan bahwa ICRC akan mencarter para tahanan dari bandara Sana’a ke bandara-bandara di Aden, Riyadh, dan Marib. (haninmazaya/arrahmah.id)