RAMALLAH (Arrahmah.id) – atusan pelayat Palestina berkumpul di Ramallah untuk memakamkan Mohammed al-Tamimi, seorang anak berusia dua setengah tahun, yang meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Tel Aviv setelah ditembak oleh pasukan pendudukan “Israel” pekan lalu.
Prosesi pemakaman pada Selasa (6/6/2023) dimulai di Rumah Sakit Ramallah dan berjalan menuju rumahnya di desa Nabi Saleh, dengan para pelayat mengibarkan bendera dan spanduk Palestina, sambil meneriakkan slogan-slogan yang mengecam kejahatan “Israel” terhadap anak-anak dan rakyat Palestina.
Ibunya, Marwa al-Tamimi, mengenang malam yang tenang pada Kamis lalu saat ia bersiap-siap untuk menghadiri perayaan ulang tahun keponakannya bersama keluarganya.
Mohammed menemani ayahnya, Haitham, menuju mobil. Beberapa saat kemudian dia mendengar suara tembakan.
“Saya berlari ke luar untuk melihat apa yang sedang terjadi,” kata Marwa (32) kepada Al Jazeera. “Suami saya berusaha mengemudikan mobil untuk menjauhkannya dari arah penembakan [yang] langsung dan berat ke arah mobil.”
“Suami saya berteriak-teriak selama penembakan yang terus berlanjut saat mengemudi, sambil berkata, ‘Hamoudi, Hamoudi’ (mengacu pada putra kecilnya),” tambah ibu yang putus asa itu.
Haitham (42), juga terluka. Mohammed terluka parah dan dinyatakan meninggal lima hari kemudian.
Keluarga al-Tamimi, yang juga memiliki anak laki-laki lain -Osama, 8 tahun- tinggal di Nabi Saleh, yang terletak di sebelah barat kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, dekat pemukiman ilegal “Israel”, Neveh Tzuf.
Keluarga tersebut mengatakan bahwa penembakan terhadap penduduk dan rumah-rumah di sekitarnya sering terjadi.
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Tembakan itu langsung mengarah ke mereka. Saya melihat suami saya terluka, dan anak saya. Saya yakin dia sudah tewas. Itu jelas karena saya lihat kepalanya berdarah,” kata Marwa.
Haitham yang terluka terus melaju mendekati rumah mereka dan kemudian berlari ke arah istrinya, sambil berteriak, “Mohammed telah tiada… Mohammed telah tiada…,” katanya.
Para tetangga mereka dengan cepat berkumpul untuk melarikan korban yang terluka ke rumah sakit di pemukiman terdekat. Marwa mengatakan seorang tentara menghentikannya di sebuah pos pemeriksaan dan Mohammed dievakuasi dengan ambulans udara.
Empat jam kemudian, Marwa berhasil pergi bersama kerabatnya ke Tel Aviv untuk melihat putranya, yang dipindahkan ke Rumah Sakit Tel-HaShomer “Israel”.
“Ketika saya tiba di rumah sakit pada pukul 2 pagi, para dokter berusaha menyembunyikan kondisi anak saya dari saya, tetapi saya mengatakan kepada mereka bahwa saya yakin kondisinya sangat serius,” kata Marwa.
Mohammed tertembak di kepala, yang membuat pembuluh darah di otaknya pecah. Kematiannya diumumkan pada Senin, dan jasadnya dipindahkan ke Kompleks Medis Palestina, lansir Al Jazeera.
Tentara Israel mengklaim pada Senin bahwa tentara telah “menanggapi dengan tembakan langsung” setelah serangan penembakan di Neveh Tzuf.
Dua orang Palestina terluka, kata tentara, dan menambahkan bahwa mereka “menyesal telah melukai warga sipil” dan penyelidikan sedang dilakukan.
Bilal al-Tamimi, seorang kerabat dan aktivis masyarakat di daerah tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera: “Menembak langsung ke arah anak dan ayahnya menegaskan bahwa ada niat untuk membunuh.” Pasukan “Israel” memberlakukan penutupan desa setelah kejadian tersebut hingga keesokan paginya, tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.id)