PARIS (Arrahmah.com) – Ratusan penduduk kelas pekerja di dekat Paris turun ke jalan pada Sabtu (22/6/2013) untuk memprotes serangan Islamophobia yang dilancarkan pada dua Muslimah yang mengenakan cadar. Polisi setempat mengklaim telah memulai penyelidikan atas kasus tersebut.
Hampir 1.000 orang bergabung dengan aksi protes di Argenteuil, dekat Paris, untuk mengecam meningkatnya Islamophobia di Perancis.
Panitia aksi menuduh media dan politikus memainkan peran untuk meningkatkan kekerasan anti-Muslim di negara itu.
Aksi unjuk rasa tersebut digelar sebagai respon terhadap dua serangan kepada Muslimah bercadar yang terjadi beberapa minggu lalu.
Pada tanggal 20 Mei, Rabia (17) mengatakan dia diserang oleh pria “skinhead” yang memukulnya hingga tersungkur ke tanah dan mengeluarkan kata-kata “Arab kotor” dan “Muslim kotor”, meninggalkan dirinya dengan memar di mulut, wajah dan siku.
Peristiwa kedua pada 13 Juni lalu, Leila (21), yang tengah hamil empat bulan, diserang oleh dua orang yang merobek cadarnya, memotong sebagian rambutnya dan memukulnya beberapa kali, satu kali di bagian perut, hingga ia kehilangan bayinya. Namun polisi kafir Perancis mengklaim bahwa hubungan antara serangan dengan meninggalnya bayi yang ada dalam perutnya belum dibuktikan, lansir RFI.
“Islamophobia ada di Perancis, itu membunuh,” ujar juru bicara aksi, Kamel Raskallah di hadapan wartawan pada Sabtu (22/6).
Polisi telah membuka penyelidikan kedua kasus itu, tetapi menurut pengacara Rabia, Hosni Maati, sifat diskriminatif dari serangan itu tidak dimasukkan.
Rabia mengatakan bahwa polisi memintanya untuk tidak memberitahu masyarakat setempat mengenai serangan yang dialaminya karena takut memicu kerusuhan dan liputan pers. (haninmazaya/arrahmah.com)