KAIRO (Arrahmah.com) – Lebih dari 500 calon mahasiswa dari Indonesia lolos seleksi untuk kuliah di Universitas Al Azhar Mesir untuk tahun akademik 2014/2015.
“Calon mahasiswa dari Indonesia yang lolos seleksi untuk masuk Universitas Al Azhar sebanyak 512 orang dari 3.200 calon mahasiswa yang terdaftar dari seluruh Indonesia,” kata Atase Pendidikan KBRI Kairo, Dr Fahmy Lukman, M.Hum di Kairo, Kamis (23/10/2014), lansir Antaranews .
Fahmy menyebutkan dari jumlah calon mahasiswa yang lolos tersebut, sebanyak 80 orang di antaranya mengundurkan diri, jadi yang berangkat ke Mesir sebanyak 432 orang, hampir semuanya telah tiba di Kairo, dan beberapa sisanya akan tiba akhir pekan ini, 26 Oktober.
Menurut Fahmy, tim penguji untuk menyeleksi calon mahasiswa tersebut adalah para dosen dari Universitas Al Azhar bekerja sama dengan Kementerian Agama RI.
Sebelumnya, Kepala Seksi Kerja Sama Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Agama RI, Biltiser Bachtiar, menjelaskan, tim penguji seleksi mahasiswa baru itu beranggotakan empat dosen Universitas Al Azhar.
Menurut Biltiser, ujian seleksi mahasiswa baru berlangsung dua tahap, yaitu tahap pertama tim pengujinya dari Indonesia yang merupakan alumni dari Universitas Al Azhar, dan digelar 24 Mei 2014 serentak di delapan kota mencakup Medan, Riau, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Makassar, Banjarmasin, dan Samarinda.
Ada pun seleksi tahap kedua atau tahap akhir digelar di Jakarta pada 14 Juni 2014 yang dilakukan tim penguji langsung dari dosen Universitas Al Azhar.
Saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Al Azhar tercatat 3.800 orang.
Akhir bulan lalu, 29 September 2014, tercatat 321 mahasiswa dan mahasiswi Indonesia diwisuda setelah lulus dari Al Azhar untuk tahun akademik 2013/2014, program S1, S2 dan S3.
Tahun 2013 lalu Indonesia gagal mengirim mahasiswa baru ke Mesir terkait dengan krisis di negara tersebut, ujar Biltiser.
Sementara itu, tahun akademik baru di Mesir termasuk Al Azhar biasanya berlangsung pada pertengahan September, namun tahun ini ditunda hingga 8 Oktober 2014.
Di sisi lain, kondisi keamanan di Kairo dan seantero Mesir dinilai “kondusif semu” akibat masih kerap terjadi aksi unjuk rasa dari Ikhwanul Muslimin pendukung presiden terguling Mohamed Moursi.
Suasana di berbagai kampus universitas termasuk Al Azhar juga secara sporadis masih terjadi unjuk rasa mahasiswa antipemerintah.
Pintu-pintu masuk di berbagai universitas itu tampak masih dijaga ketat oleh pihak keamanan bersenjata dengan pemeriksaan ekstra ketat lewat detektor elektronik.
Sebuah bom meledak di luar pintu gerbang Universitas Kairo pada Rabu (22/10) melukai sembilan orang termasuk lima polisi.
Sejarah singkat
Asal mula Al Azhar adalah berupa mesjid yang dibangun oleh Jauhar Al Shaqali, seorang panglima perang pada Dinasti Fathimiyah, pada tanggal 24 Jumadil Ula 359 H (970 M). Seiring dengan perkembangan zaman, masjid Al Azhar adalah merupakan tempat dakwah yang semakin hari semakin besar, sehingga menjadi sebuah lembaga pendidikan. Kondisi semacam itu berlangsung lama sampai pertengahan abad 21. Jadi selama itu pula Al Azhar yang berupa masjid mempunyai fungsi ganda; sebagai masjid dan pusat kegiatan Islam, dan sebagai lembaga pendidikan. Kedua faktor inilah yang membuat Al Azhar selalu melakukan pembaruan yang terus berkesinambungan.
Pembaruan yang amat kentara sekali telah dilakukan oleh Syekh Muhammad Abduh ketika masih memegang kendali Al Azhar. Pembaruan tersebut dimaksudkan untuk menegaskan fungsi Al Azhar sebagai pusat pemurnian pemahaman Ajaran Islam dan diharapkan dapat mencetak kader-kader da’i yang tangguh. Dibentuklah dalam tubuh Al Azhar beberapa jenjang pendidikan, sejak tingkat dasar sampai jenjang akademi. Juga membuka fakultas-fakultas umum yang semuanya dengan sistim terpisah antara putra dan putri.
Semakin hari, Al Azhar berkembang semakin besar. Sehingga tidak hanya berpusat di Ibukota, Kairo, tapi hampir menyeluruh di setiap propinsi di Mesir dibuka cabang Al Azhar. Kebesaran tersebut lebih terasa lagi, demi mengetahui bahwa Al Azhar adalah lembaga sosial yang teramat sosial. Al Azhar, sepeserpun tidak menarik uang kuliah dari mahasiswa. Bahkan ia tiap tahunnya membuka pendaftaran beasiswa. Juga terus mengadakan pembangunan,dan membuka cabang-cabang baru di daerah-daerah. (azm/dbs/arrahmah.com)