DAMASKUS (Arrahmah.com) – Lebih dari 1.400 warga sipil Muslim Suriah, termasuk ratusan anak-anak, telah gugur dalam serangan senjata kimia oleh rezim Nushairiyah Suriah di distrik Ghautah, Damaskus.
Informasi tentang penggunaan senjata kimia oleh rezim diktator Assad telah dikonfirmasi oleh petugas medis, lansir KC pada Kamis (22/8/2013).
Saksi mata melaporkan bahwa rudal-rudal dengan zat beracun diluncurkan dari punggung bukit Qassiouns, titik pandang Divisi Tentara ke-4 loyalis Assad pada malam 21 Agustus.
Puluhan video dan foto yang mengkonfirmasikan pembantaian dengan senjata kimia ini telah diposting di Internet. Namun, media barat terus menutupi pembantaian ini dalam bahasa skeptis.
Sementara itu, dokter mengatakan kepada wartawan bahwa gejala utama, terutama di kalangan anak-anak, ialah tersedak, serta air liur berlebihan dan penglihatan kabur.
Video, yang diposting di Internet, dengan jelas mendokumentasikan kondisi korban serangan senjata kimia tersebut. Banyak dari mereka, termasuk anak-anak, yang mengalami kejang-kejang, sementara yang lain terbaring diam, seperti tercekik atau mati lemas. Para korban tidak memiliki luka yang terlihat.
Sementara itu, rezim Assad mencoba untuk menyangkal fakta-fakta yang ada dengan mengklaim bahwa penggunaan senjata kimia itu diduga dilakukan oleh oposisi.
Beberapa negara, termasuk Rusia, juga secara aktif turut serta dalam perang informasi, mencoba menutupi kebiadaban rezim Assad. Mereka “mengkonfirmasi” fakta serangan rudal dan penggunaan senjata kimia ini, namun malah menuding Mujahidin yang melakukannya.
Perlu diingat, pada musim gugur tahun 1999, sebuah taktis serangan rudal darat di pasar sentral di ibukota Chechnya dilakukan atas perintah Vladimir Putin. Akibat serangan itu, lebih dari 200 pedagang, sebagian besar perempuan, gugur dan ratusan orang terluka.
Namun Putin malah mengklaim bahwa ledakan itu merupakan konflik antara pedagang senjata di pasar Grozny.
(banan/arrahmah.com)