MESIR (Arrahmah.com) – Ikhwanul Muslimin Mesir pada Rabu (14/8/2013) menyatakan sebanyak lebih dari 2.200 Kaum Muslimin telah gugur dan lebih dari 5.000 orang lainnya terluka oleh kebrutalan pasukan keamanan dan militer Mesir, lansir DM.
Dalam pembubaran paksa terhadap Kaum Muslimin yang berunjuk rasa menentang junta militer Mesir sejak Rabu (14/8) pagi kemarin, Ikhwanul Muslimin juga menyatakan bahwa banyak pemimpin mereka yang ditangkap oleh polisi di Kairo.
Pejabat Mesir telah mengkonfirmasi penangkapan sejumlah pemimpin kelompok Ikhwanul Muslimin tersebut. Namun, mereka hanya menyampaikan satu nama politisi Mesir, Muhammad al-Beltagi.
“Kami telah menangkap sejumlah pemimpin Ikhwanul Muslimin, tapi terlalu dini untuk mengumumkan nama-nama mereka,” kata Jenderal Abdel Fattah Othman, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri, mengatakan kepada saluran swasta TV CBC.
Berbeda dengan pernyataan Ikhwanul Muslimin, Kementerian Kesehatan Mesir pada Rabu (14/8) sore mengklaim bahwa korban tewas hanya berjumlah 149 orang dengan 526 diantaranya terluka.
Sementara itu, beberapa penembak jitu terlihat di dekat dua kamp pengunjuk rasa dan beberapa laporan menyatakan bahwa tembakan senapan mesin terus terdengar selama pembubaran paksa pengunjuk rasa oleh polisi Mesir.
Namun, pejabat Mesir malah mengklaim bahwa pasukan keamanan hanya menggunakan tembakan gas air mata dalam pembubaran itu. Sedangkan para pengunjuk rasa mengungkapkan yang sebaliknya, bahwa selain tembakan gas air mata, pasukan keamanan juga menggunakan peluru yang digunakan untuk membunuh sejumlah pengunjuk rasa yang tak bersenjata.
Menanggapi pernyataan tersebut, pejabat sekuler Mesir malah berkelit bahwa tembakan-tembakan peluru itu adalah tembakan balasan atas tembakan senjata api para pengunjuk rasa. Sebuah pernyataan kementerian bahkan mengklaim bahwa pasukan Mesir akan menangani dengan tegas para pengunjuk rasa yang bertindak tidak bertanggung jawab.
Kekerasan pihak pemerintah sementara Mesir terhadap para pengunjuk rasa telah menyebar ke luar Kairo hingga ke kota-kota Nile, Minya, Assiut, dan Fayoum di mana sembilan orang lainnya juga dilaporkan gugur. Sementara lima pengunjuk rasa lainnya dilaporkan gugur saat berusaha menyerbu sebuah gedung pemerintah di Suez.
Wakil presiden Mesir, Mohemed El Baradei, dilaporkan telah mengundurkan diri. Sementara itu, pemerintah sementara Mesir memberlakukan keadaan darurat dan jam malam untuk satu bulan ke depan di seluruh negeri. Lokasi wisata Piramida di Giza juga ditutup.
Pembubaran paksa yang dilakukan oleh junta militer Mesir terhadap Kaum Muslimin semakin mengganas. Junta militer menghadapi para pengunjuk rasa di lapangan Rab’ah Al Adawiyah dengan cara yang tidak manusiawi.
Pasukan keamanan Mesir melakukan penembakkan terhadap para pengunjuk rasa yang sebagian besar tak bersenjata sama sekali dengan senapan mesin selama operasi brutal yang dimulai sejak pukul 07:00 pagi waktu setempat pada Rabu (14/8) kemarin.
Sementara belum ada kepastian jumlah korban yang gugur, seorang petugas kamar mayat di sebuah rumah sakit di provinsi Fayoum, sebelah selatan Kairo, juga mengkonfirmasi pada Rabu (14/8) sore bahwa mereka menangani sembilan orang yang gugur dalam kekerasan itu.
Sebelumnya, para pengunjuk rasa dikabarkan berusaha melawan petugas keamanan di sebuah kantor polisi di provinsi tersebut. Sebuah gedung dewan juga diserbu di Alexandria di mana ratusan pengunjuk rasa telah turun ke jalan.
Polisi bersenjata dilaporkan telah menembakkan gas air mata terhadap para pengunjuk rasa tersebut. Selain itu, jaringan televisi regional juga menyiarkan gambar yang menunjukkan puluhan pengunjuk rasa ditangkap dan dibawa pergi oleh polisi berpakaian hitam.
Televisi negara memperlihatkan gambar dari beberapa kelompok pengunjuk rasa yang diborgol dan duduk di trotoar di bawah penjagaan di luar kampus Universitas Kairo.
Polisi Mesir juga melakukan “pembersihan” terhadap sejumlah pengunjuk rasa yang sebagian besar berlindung di sekitar Orman Botanical Gardens dan di dalam kampus Universitas Kairo.
Pasukan keamanan tetap berjaga di pinggiran kamp lain di distrik timur Nasr City setelah menghujani kamp pengunjuk rasa dengan gas air mata.
Gambar-gambar televisi lokal juga menunjukkan ribuan pengunjuk rasa yang berkumpul dan memakai masker gas atau penutup wajah untuk menghindari gas air mata.
Seorang petugas keamanan Mesir, yang menolak disebut namanya, mengatakan sebelumnya bahwa sebanyak 200 pegunjuk rasa telah ditangkap.
Beberapa gambar terbaru menunjukkan kekerasan yang dialami para pengunjuk rasa sejak polisi mulai membubarkan paksa mereka dengan menembakkan gas air mata.
Sementara itu, kantor berita negara Mesir melaporkan pasukan keamanan telah mengimplementasikan rencana bertahap untuk membubarkan paksa para pengunjuk rasa yang terus bertahan.
Perlawanan rakyat Mesir ini telah berlangsung sejak junta militer mengambil alih pemerintahan Mesir.
Kelompok Ikhwanul Muslimin juga menyampaikan sebuah pernyataan pada Rabu (14/3) kemarin: “Dunia tidak bisa [hanya] duduk dan menonton sementara para pria, wanita dan anak-anak yang tak bersalah sedang, tanpa pandang bulu, dibantai. Dunia harus bangkit atas kejahatan junta militer sebelum ini terlalu terlambat.”
Keadaan Mesir pada Rabu (14/8) benar-benar mencekam. Selain korban tembakan peluru dan gas air mata, beberapa jenazah yang gugur terbakar juga terlihat di jalanan di dekat kamp pengunjuk rasa.
La hawla wa la quwwata illa billah.
(banan/arrahmah.com)