(Arrahmah.id) – Bulan suci Ramadhan adalah kesempatan emas untuk melakukan perubahan menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, sehat dan tidak boros, demikian ungkap para ahli diet dan pakar di Uni Emirat Arab.
Sebagai bulan suci dalam kalender Islam, Ramadhan dirayakan oleh sekitar 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia yang berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bentuk ketaatan dan spiritualitas.
Elissa AbiNakhoul, ahli gizi klinis mengatakan bahwa Ramadhan dapat memberikan kesempatan bagi umat Muslim tahun ini untuk lebih memikirkan bagaimana makanan yang kita makan dapat mempengaruhi lingkungan di seluruh dunia.
Hindari pemborosan
“Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mempertimbangkan perubahan menuju ‘gaya hidup hijau’ yang ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, tidak boros dan bertujuan untuk menghemat sumber daya alam,” katanya seperti dilansir Al Arabiya.
“Gaya hidup hijau berarti meningkatkan kualitas hidup dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan.”
Dia menyarankan umat Islam untuk mengurangi dan menghilangkan asupan makanan cepat saji, menghindari jumlah makanan yang berlebihan untuk mengurangi limbah makanan setelah berbuka puasa dan mengurangi penggunaan botol plastik dan alat makan.
Ahli gizi tersebut mengatakan bahwa umat Islam yang ingin mengikuti gaya hidup yang lebih hijau dapat meningkatkan asupan sayur dan buah -terutama yang musiman dan tersedia secara lokal- menambahkan lebih banyak kacang-kacangan saat berbuka puasa, bukannya daging ayam dan daging yang tinggi lemak jenuh, serta selalu berbuka puasa dengan sup dan salad.
Ia merekomendasikan umat Muslim untuk menggunakan minyak nabati untuk memasak, bukan ghee, mentega, dan keju, mengganti makanan manis berkalori tinggi dengan buah-buahan kering, kurma, dan buah-buahan segar, serta mengganti gula putih dengan madu, sirup maple, sirup kurma.
Meremajakan pikiran dan tubuh
Juliot Vinolia Rajarathinam, seorang ahli diet klinis dan konsultan ahli gizi di Rumah Sakit Medeor Dubai, mengatakan bahwa Ramadhan merupakan waktu bagi umat Islam untuk merefleksikan pikiran dan tindakan mereka untuk meremajakan pikiran dan tubuh.
“Seiring dengan perkembangan kita menjadi orang-orang yang berfokus pada kehidupan yang berkelanjutan, inilah saatnya kita bertanggung jawab untuk makan dengan bijak,” katanya. “Beberapa hormon dan enzim yang unik untuk menyembuhkan jaringan dan mencegah penyakit hanya diproduksi saat berpuasa.”
Manfaat kesehatan ini akan hilang ketika orang terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan, gula rafinasi, dan lemak trans.
“Makan berkelanjutan adalah memilih makanan yang sehat dan lebih sedikit diproses dengan dampak lingkungan yang lebih rendah, sehingga meningkatkan ketahanan pangan untuk semua,” katanya.
Makanan yang ramah iklim
Rajarathinam mengatakan, membeli bahan makanan seperti beras, gandum, kacang-kacangan, bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah dalam jumlah besar selama Ramadhan dapat sangat menghemat uang dan juga mengurangi sampah plastik.
“Pembelian dalam jumlah besar sangat mengurangi jumlah bahan kemasan dibandingkan dengan membeli produk yang sama dalam kemasan yang lebih kecil lebih sering,” katanya.
Pola makan nabati mengurangi peradangan
Ia menambahkan bahwa pola makan nabati terbukti mengurangi peradangan dan risiko penyakit kronis. Pola makan ini menggandakan manfaat kesehatan yang mencegah penyakit dari puasa sehingga menjadikannya sebagai “Ramadhan yang ramah lingkungan,” katanya.
Umat Muslim juga harus mengurangi asupan daging merah dan produk hewani olahan. Hal ini tidak hanya dapat mengurangi risiko kanker, stroke dan penyakit jantung, namun menurut berbagai penelitian, industri daging merah menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang signifikan.
“Buah dan sayuran musiman lebih segar dan hemat biaya,” tambahnya. “Produk segar memiliki lebih banyak antioksidan yang tersedia daripada makanan yang diawetkan dalam waktu lama. Beberapa buah dan sayuran yang paling berkelanjutan untuk dikonsumsi saat berpuasa adalah labu, brokoli, tomat, wortel, ubi jalar, bit, kacang polong, kacang-kacangan, jamur, bayam, kubis, apel, jeruk, melon, pepaya, dan pisang. Semua ini juga tidak memerlukan kemasan plastik.”
Rajarathinam mengatakan bahwa biji-bijian yang ramah lingkungan, seperti beras merah, oatmeal, dan millet, memiliki masa simpan yang baik dan dikemas dengan nutrisi penting yang membantu mempertahankan energi selama berpuasa, kaya akan serat untuk mencegah sembelit, serta ramah anggaran.
“Membeli dengan bijak, menyimpan secara efisien, dan menggunakan metode memasak yang sehat yang menggabungkan resep tradisional dapat menghemat dan menghidupkan kembali budaya serta membantu menjaga kesehatan,” ujarnya.
“Mari kita jadikan Ramadhan kali ini berkelanjutan dengan memilih makanan yang bergizi, terutama yang lebih banyak menggunakan bahan makanan segar yang berasal dari tanaman dan dimasak sendiri di rumah, yang tidak hanya sehat dan hemat biaya, tetapi juga ramah lingkungan dan mudah terurai serta menyuburkan tanah, yang sejalan dengan tujuan COP28.”
Mengevaluasi kembali kebiasaan makan
Ramadhan merupakan kesempatan yang tepat bagi umat Muslim untuk mengevaluasi kembali hubungan mereka dengan makanan, menurut Pranita Anand Gavankar, seorang ahli gizi klinis di Rumah Sakit Jerman Saudi Dubai.
“Cobalah untuk memasukkan lebih banyak makanan nabati daripada daging,” katanya. “Industri daging menuntut banyak sumber daya alam.”
Seseorang dapat membuat perbedaan “dengan menghemat beberapa kilogram emisi karbon yang berbahaya hanya dengan menjalani pola makan nabati beberapa hari dalam seminggu, dan membantu menyelamatkan planet ini,” ujar ahli gizi tersebut.
Dia menyarankan untuk memilih susu nabati seperti susu kedelai, susu beras, dan susu gandum.
“Cobalah untuk melakukan setidaknya dua hingga tiga hari ‘Ifthar tanpa daging’ dalam seminggu. Selain itu, pilihlah produk lokal. Produk lokal tidak hanya merupakan sumber antioksidan dan nutrisi yang baik, tetapi juga merupakan pilihan yang lebih berkelanjutan,” tambah Gavankar.
“Terakhir, berhati-hatilah dengan kemasan makanan,” katanya, seraya menyeru Muslim untuk menghindari produk sekali pakai seperti botol plastik, alat makan plastik, dan aluminium foil.
“Mulailah menggunakan peralatan makan, botol, dan kemasan yang dapat digunakan kembali. Ini adalah cara yang sederhana untuk memulai,” katanya. “Setiap individu dapat berkontribusi dan membuat perbedaan pada planet ini dengan mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.” (haninmazaya/arrahmah.id)