Arrahmah.com – Banyak hadits menunjukkan lailatul qadar terjadi pada malam ganjil dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hadits yang tak kalah banyaknya justru menegaskan lailatul qadar terjadi pada malam genap dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan. Kini kita akan mengkaji hadits-hadits Nabi SAW yang memerintahkan untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan secara keseluruhan, baik malam yang ganjil maupun malam yang genap.
Hadits-hadits tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أَيْقَظَنِي بَعْضُ أَهْلِي فَنُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْغَوَابِرِ
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Diperlihatkan kepadaku lailatul qadar dalam mimpi, namun sebagian istriku terlanjur membangunkanku dari tidurku sehingga aku terlupakan dari mengingat waktunya. Maka hendaklah kalian mencari lailatul qadar pada sepuluh malam yang terakhir.” (HR. Muslim no. 1992, Ahmad no. 7546, dan Ad-Darimi no. 1716 )
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir bulan RAmadhan, yaitu pada Sembilan malam yang terakhir, atau tujuh malam yang terakhir, atau lima malam yang terakhir.” (HR. Bukhari no. 2021, Abu Daud no. 1173, dan Ahmad no. 1948)
Hadits ini menunjukkan bahwa lailatul qadar bisa terjadi pada malam genap maupun malam ganjil, karena bulan Ramadhan terkadang dua puluh Sembilan hari dan terkadang tiga puluh hari.
عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ الصُّنَابِحِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَهُ مَتَى هَاجَرْتَ قَالَ خَرَجْنَا مِنْ الْيَمَنِ مُهَاجِرِينَ فَقَدِمْنَا الْجُحْفَةَ فَأَقْبَلَ رَاكِبٌ فَقُلْتُ لَهُ الْخَبَرَ فَقَالَ : دَفَنَّا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ خَمْسٍ قُلْتُ هَلْ سَمِعْتَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ شَيْئًا قَالَ نَعَمْ أَخْبَرَنِي بِلالٌ مُؤَذِّنُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ فِي السَّبْعِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ
Dari Abul Khair bahwasanya ia bertanya kepada Ash-Shunabihi, “Kapan engkau berhijrah?” Ash-Shunabihi menjawab, “Kami keluar dari Yaman dan berangkat hijrah menuju Madinah. Saat kami tiba di Juhfah, tiba-tiba seorang pengendara datang, maka aku katakana kepadanya ‘Tolong berilah kabar!’ Ia menjawab, “Kami telah memakamkan Nabi SAW lima hari yang lalu.” Aku bertanya kepadanya, “Apakah engkau mendengar suatu hadits tentang lailatul qadar?” Ia menjawab, “Ya. Bilal muadzin Nabi SAW memberitahukan kepadaku bahwa ia terjadi pada tujuh malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 4470)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ.
Dari Ibnu Umar RA bahwasanya beberapa orang sahabat Nabi SAW bermimpi bahwa lailatul qadar terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat mimpi kalian saling bersesuaian bahwa lailatul qadar terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa mencarinya, hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir!” (HR. Bukhari no. 2015, Muslim no. 1985, dan Ahmad no. 4270)
عن ابْن عُمَر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
Dari Ibnu Umar RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam yang terakhir! Jika salah seorang di antara kalian lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia terkalahkan dari mencarinya pada tujuh malam terakhir!” (HR. Muslim no. 1989)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
Dari Abu Hurairah RA berkata: “Kami sedang mengingat-ingat lailatul qadar di sisi Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingat bahwa waktunya adalah saat bulan terbit laksana setengah piring?” (HR. Muslim no. 2001)
Al-Qadhi Iyadh bin Musa Al-Yahsubi berkata, “Hadits ini mengisyaratkan bahwa lailatul qadar terjadi di akhir bulan, karena bulan dalam bentuk seperti itu hanyalah terbit di akhir-akhir bulan.”
Kesimpulan
Dari keseluruhan hadits tentang lailatul qadar, para ulama menyimpulkan sebagai berikut:
Dari keseluruhan hadits tentang lailatul qadar, para ulama menyimpulkan sebagai berikut:
- Lailatul qadar kemungkinan besar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan
- Lailatul qadar adalah malam yang berpindah-pindah waktunya setiap tahun. Boleh jadi pada tahun kemarin terjadi pada malam ke-21 Ramadhan, lalu tahun ini terjadi pada malam ke-22, dan tahun mendatang pada malam ke-23, dan sebagainya. Hadits Abu Sa’id Al-Khudri riwayat Muslim mengisahkan lailatul qadar terjadi pada malam ke-21. Hadits Abdullah bin Unais Al-Juhani riwayat Muslim mengisahkan lailatul qadar terjadi pada malam ke-23. Hadits Ibnu Abbas riwayat Ahmad, Al-Baihaqi, dan lain-lain mengisahkan lailatul qadar terjadi pada malam ke-24. Dan seterusnya. Pendapat berpindah-pindahnya lailatul qadar pada setiap tahun dipegangi oleh imam Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Abu Tsaur. Pendapat ini juga diikuti oleh para ulama madzhab Hanafi dan sebagian ulama madzhab Syafi’i. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 4/313 dan Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, 6/459)
- Dari sepuluh malam yang terakhir, malam yang paling kuat kemungkinannya adalah malam-malam ganjil; 21, 23, 25, 27 atau 29. Berdasar hadits-hadits berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Carilah dengan sungguh-sungguh lailatul qadar pada malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017, Muslim no. 1998, Tirmidzi no. 722, dan Ahmad no. 23100)
Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu pada Sembilan malam yang terakhir, atau tujuh malam yang terakhir, atau lima malam yang terakhir.” (HR. Bukhari no. 2021, Abu Daud no. 1173, dan Ahmad no. 1948)
4. Hikmah disembunyikannya pengetahuan tentang kepastian waktu terjadinya lailatul qadar adalah agar kaum muslimin bersemangat dalam mencarinya dengan menghidupkan seluruh bulan Ramadhan, terlebih lagi sepuluh malam terakhir, dengan amal-amal kebajikan. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 4/313)
Amalan dan Doa Andalan Lailatul Qadar
Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk giat berdoa, dzikir, istighfar, shalat tarawih dan witir, tadarus Al-Qur’an, sedekah, dan amal kebajikan lainnya. Semua doa yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits shahih layak untuk dibaca. Meski demikian, Rasulullah SAW juga mengajarkan sebuah doa khusus untuk sering dibaca.
عَنْ عَائشةَ رَضيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: قُلتُ: «يا رَسولَ الله، أَرأَيتَ إنْ عَلِمْتُ أيَّ ليلَةٍ ليلَةَ القدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قولي: اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي»
Dari Aisyah RA bahwa ia berkata, “Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui pada malam apa lailatul qadar itu terjadi, apa yang harus aku baca pada malam tersebut?” (Dalam riwayat Ibnu Majah dengan lafal: “Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan lailatul qadar, doa apa ang mesti aku baca?”) Beliau SAW menjawab, “Bacalah doa berikut ini:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ كَريمٌ تُحبُّ العَفوَ فَاعْفُ عنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku!” (HR. Tirmidzi no. 3513, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra no. 10708, Ibnu Majah no. 3850, Ahmad,6/171 dan Al-Hakim,1/712. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih. Al-Hakim dan Al-Albani menshahihkan hadits ini)
Wallahu a’lam bish shawab
Ramadhan & Lailatul Qadar #4
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth