Arrahmah.com – Dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bulan yang mulia ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari mendapatkannya, niscaya telah terhalang dari mendapatkan seluruh kebaikan. Dan tiada orang yang terhalang dari mendapatkannya, kecuali orang-orang yang merugi.” (HR. Ibnu Majah no. 1634 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Pertanyaan seputar lailatul qadar yang paling menarik dan sering ditanyakan orang adalah pada malam keberapakah ia terjadi? Al-Qur’an tidak memberikan jawaban lugas selain penegasan bahwa lailatul qadar terjadi di bulan Ramadhan. Untuk Jika kita harus mengumpulkan hadits-hadits Nabi SAW dan mengkajinya secara cermat agar sampai kepada jawaban yang cukup memuaskan.
Hadits-hadits Nabi SAW yang memerintahkan kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar pada dasarnya bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori;
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada malam-malam yang genap dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan; malam yang ganjil maupun malam yang genap.
Mari kita cermati masing-masing kategori di atas. Kita akan memulai dengan hadits-hadits perintah mencari lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Lailatul Qadar adalah malam ke-21
Imam Asy-Syafi’I cenderung memegangi pendapat ini, bahkan sekelompok ulama madzhab Syafi’I memastikan lailatul qadar terjadi pada malam kedua puluh satu. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 4/310) Dalil yang menguatkannya adalah hadits berikut ini.
(( عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ عَلَى سُدَّتِهَا حَصِيرٌ ، قَالَ : فَأَخَذَ الْحَصِيرَ بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ ثُمَّ أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ النَّاسَ فَدَنَوْا مِنْهُ فَقَالَ : إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ، ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ، ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِي إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ ، قَالَ : وَإِنِّي أُريْتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ وَإِنِّي أَسْجُدُ صَبِيحَتَهَا فِي طِينٍ وَمَاءٍ ، فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَقَدْ قَامَ إِلَى الصُّبْحِ فَمَطَرَتْ السَّمَاءُ ، فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ ، فَأَبْصَرْتُ الطِّينَ وَالْمَاءَ ، فَخَرَجَ حِينَ فَرَغَ مِنْ صَلاةِ الصُّبْحِ وَجَبِينُهُ وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيهِمَا الطِّينُ وَالْمَاءُ ، وَإِذَا هِيَ لَيْلَةُ إِحْـدَى وَعِشْرِينَ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ))
Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata: “Rasulullah SAW melakukan I’tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan. Beliau SAW kemudian melakukan I’tikaf pada sepuluh hari pertengahan (kedua) bulan Ramadhan, dalam sebuah tenda Turki dengan beralaskan selembar tikar. Beliau lalu menarik tikar tersebut dan menyingkirkannya ke pinggir tenda. Beliau mengeluarkan kepalanya dari dalam tenda dan berbicara kepada orang-orang, maka mereka mendekat kepada beliau.
Beliau lalu bersabda, “Sesungguhnya aku pernah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama dalam bulan Ramadhan untuk mencari lailatul qadar ini. Aku kemudian melakukan I’tikaf pada sepuluh hari pertengahan (kedua) dalam bulan Ramadhan. Aku lalu didatangi (malaikat dalam mimpiku) dan dikatakan kepadaku sesungguhnya lailatul qadar itu terjadi pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.Barangsiapa di antara kalian hendak melakukan I’tikaf, maka hendaklah ia beri’tikaf.” Maka para shahabat beri’tikaf bersama beliau.
Beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya ditunjukkan kepadaku (dalam mimpiku) bahwa lailatul qadar terjadi pada malam yang ganjil dan keesokan paginya aku sujud di atas lumpur dan air.” Pagi itu beliau berada pada malam kedua puluh satu Ramadhan. Beliau berdiri melakukan shalat Subuh, tiba-tiba langit menurunkan hujan, sehingga masjid terkena curahan hujan. Aku bias melihat lumpur dan air. Selesai shalat Subuh, aku melihat lumpur dan air menempel pada dahi dan batang hidung beliau SAW. Rupanya lailatul qadar (tahun tersebut—edt) terjadi pada malam kedua puluh satu dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2018, Muslim no. 1194, An-Nasai no. 1339, Abu Daud no. 1174, dan Ahmad no. 10757, dengan lafal Muslim)
Imam Ibnu Abdil Barr Al-Maliki dalam At-Tamhid Syarh Muwatha’ Malik, imam An-Nawawi Asy-Syafi’i dalam Syarh Shahih Muslim, al-HAfizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’I dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, imam Muhammad Hayat As-Sindi dalam Hasyiyah ‘ala Sunan An-Nasai, imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, dan imam Ali Mulla Al-Qari Al-Hanafi dalam Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih menjelaskan bahwa di antara pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadits di atas adalah lailatul qadar terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan di antara malam ganjil yang diduga kuat menjadi waktu terjadinya lailatul qadar adalah malam kedua puluh satu.
Lailatul qadar adalah malam ke-23
Pendapat ini dipegangi oleh sahabat Ibnu Abbas, Bilal bin Rabah, Aisyah, dan Abdullah bin Unais Al-Juhani. Pendapat ini juga diikuti oleh imam Sa’id bin Musayyib. Pendapat ini didukung oleh hadits berikut ini.
(( عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا ، وَأَرَانِي صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ ، قَالَ : فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ ، فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ وَإِنَّ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّينِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ ؛ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ يَقُولُ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Abdullah bin Unais Al-Juhani RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Diperlihatkan kepadaku (dalam mimpi) lailatul qadar namun aku kemudian terlupa. Aku juga masih ingat dalam mimpiku aku sujud di waktu shalat Subuh di atas lumpur dan air.” Abdullah bin Unais berkata: “Pada malam kedua puluh tiga, hujan turun kepada kami. Rasulullah SAW mengimami kami shalat Subuh. Usai shalat, bekas lumpur dan air membekas pada dahi dan batang hidung beliau SAW.” Abdullah bin Unais berkata: “Malam itu adalah malam kedua puluh tiga.” (HR. Muslim no. 1997 dan Ahmad no. 15467)
وعَنْ ابنِ عَباسٍ رَضيَ الله عَنْهُما قَالَ: «أُتِيْتُ وأَنا نَائِمٌ في رَمَضَانَ فَقيلَ لي: إِنَّ الَّليلةَ لَيْلَةُ القَدْرِ، قَالَ: فَقُمْتُ وَأَنا نَاعِسٌ فَتَعَلَّقْتُ بِبَعْضِ أَطْنَابِ فُسْطَاطِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم فَأَتَيْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم فَإِذَا هُوَ يُصَلي، قَالَ: فَنَظَرْتُ في تِلْكَ الَّليْلَةِ فَإِذا هِيَ لَيْلَةُ ثَلاثٍ وعِشرينَ»
Dari Ibnu Abbas RA berkata, “Dalam mimpiku pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku didatangi (oleh malaikat) yang berkata: ‘Malam ini adalah lailatul qadar’. Aku pun terbangun sambil terkantuk-kantuk, sehingga aku berpegangan pada tiang tenda Rasulullah SAW. Aku mendatangi Rasulullah SAW yang saat itu tengah mengerjakan shalat. Aku menghitung malam itu, ternyata adalah malam kedua puluh tiga.”(HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan Ath-Thabarani. Imam Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid, 3/76, menulis: “Seluruh perawi Ahmad adalah para perawi Shahih Bukhari)
Lailatul qadar adalah malam ke-25
Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksud Al-Qur’an diturunkan setelah lewat malam ke-24 bulan Ramadhan adalah lailatul qadar terjadi pada malam ke-25 Ramadhan. Pendapat ini didukung oleh hadits-hadits berikut.
عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الأَسْقَع رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيم فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَتْ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ ، وَالإِنْجِيلُ لِثَلاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Watsilah bin Al-Asqa’ RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam Ramadhan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas Ramadhan, dan Al-Qur’an diturunkan pada malam kedua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad no. 16370, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabarani, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 1497)
(( عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ فَقَالَ : هِيَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ أَوْ فِي الْخَامِسَةِ أَوْ فِي الثَّالِثَةِ ))
Dari Mu’adz bin Jabal RA bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang lailatul qadar, maka beliau SAW bersabda, “Yaitu pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, atau pada malam dua puluh lima, atau malam dua puluh tiga.” (HR. Ahmad no. 20132 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Ash-Shaghir no. 5471)
Lailatul qadar adalah malam ke-27
Sahabat Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Anas bin Malik, Zirr bin Hubaisy, dan lain-lain berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadhan. Pendapat ini diikuti oleh banyak ulama dengan dasar hadits-hadits berikut.
(( عن معاوية رضي الله عنه قال : قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِلْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Mu’awiyah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh!” (HR. Thabarani dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 1240)
(( عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ : لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Mu’awiyah RA dari Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar, “Lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh!” (HR. Abu Daud no. 1178 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 5474)
عَنْ زِرِّ بنِ حُبَيْشٍ رَحِمَه اللُه تَعَالى قَالَ: «سَأَلْتُ أُبيَّ بنَ كَعْبٍ رضى الله عنه فَقُلْتُ: إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يقولُ: مَنْ يَقُم الحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ القَدْرِ، فقالَ: رَحِمَهُ الله أَرَادَ أَنْ لا يَتَّكِلَ النَّاسُ، أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّها في رَمَضَانَ وأَنها في العَشْرِ الأَوَاخِرِ، وأَنها لَيْلَةُ سَبْعٍ وعِشْرينَ، ثُم حَلَفَ لا يَسْتَثْنِي أنَها لَيْلَةُ سَبْعٍ وعِشْرينَ، فقلتُ: بِأَيِّ شَيءٍ تَقُولُ ذَلكَ يَا أَبَا المنْذِرِ، قَالَ: بالعَلامَةِ أو بالآيَةِ الَّتي أَخْبَرنَا رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم أَنَّها تَطْلُعُ يَوْمَئذٍ لا شُعَاعَ لها»
Dari Zirr bin Hubaisy berkata: “Aku berkata kepada Ubay bin Ka’ab RA, ‘Sesungguhnya saudara Anda, Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa barangsiapa melakukan shalat malam sepanjang tahun niscaya ia akan mendapatkan lailatul qadar’. Maka Ubay bin Ka’ab berkomentar: “Dia ingin agar masyarakat tidak mengandalkan (pencarian lailatul qadar pada satu malam tertentu saja). Dia sendiri sebenarnya mengetahui bahwa lailatul qadar terjadi di bulan Ramadhan, yaitu pada sepuluh malam terakhir, lebih tepatnya pada malam kedua puluh tujuh.” Ubay bin Ka’ab lalu bersumpah bahwa lailatul qadar pasti terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Aku (Zirr bin Hubaisy bertanya) kepadanya, “Wahai Abu Mundzir, atas dasar apa Anda berkata begitu?” Ubay bin Ka’ab menjawab, “Dengan pertanda yang telah Rasulullah SAW beritahukan kepada kami, yaitu pada keesokan harinya matahari terbit namun sinarnya tidak panas membakar.” (HR. Muslim no. 1999, Tirmidzi no. 3274, Abu Daud no. 1170 dan Ahmad no. 20247)
Dalam riwayat Ahmad dengan lafal,
«أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ غَدَاةَ إِذْ كَأَنَّها طَسْتٌ لَيْسَ لَها شُعَاعٌ»
“Matahari terbit pada keesokan harinya seperti mangkuk, sinarnya tidak panas.” (HR. Ahmad no. 20247 dan dishahihkan Ibnu Hibban no. 3790)
وعَنْ عَبْدِالله بنِ عَبّاسٍ رَضيَ الله عَنْهُما أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: «يا نَبيَّ الله، إِنّي شَيْخٌ كَبيرٌ عَلِيلٌ يَشُقُّ عَلَيَّ القِيَامُ، فَأْمُرْني بِلَيْلَةٍ لَعَلَّ الله يُوَفِّقُني فيهَا لَيْلَةَ القَدْر، قالَ: عَلَيْكَ بالسَّابِعَةِ»
Dari Abdullah bin Abbas RA bahwasanya ada seorang sahabat datang kepada Nabi SAW sembari mengadu, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku adalah orang tua renta yang sakit-sakitan dan merasa berat untuk shalat malam. Maka perintahkanlah aku melakukan shalat pada satu malam tertentu, semoga Allah mengaruniakan lailatul qadar kepadaku pada malam tersebut.” Maka Nabi SAW bersabda, “Jika begitu shalat malamlah pada malam kedua puluh tujuh!” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Ath-Thabarani. Imam Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid berkata: “Seluruh perawi Ahmad adalah perawi shahih Bukhari.” Syaikh Ahmad Syakir juga menshahihkan sanadnya)
(( عن ابن عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا ))
Dari Ibnu Umar berkata: “Seorang sahabat bermimpi bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh. Maka Nabi SAW bersabda, “Aku melihat mimpi-mimpi kalian bersesuaian bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia pada malam yang ganjil darinya!” (HR. Muslim no. 1987 dan Ahmad no. 4442)
Lailatul qadar adalah malam ke-29
Pendapat ini didasarkan kepada hadits berikut.
(( عن عُبَادَة بْنُ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلاحَى رَجُلانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ، فَقَالَ : إِنِّي خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَإِنَّهُ تَلاحَى فُلانٌ وَفُلانٌ فَرُفِعَتْ ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ ، الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ ))
Dari Ubadah bin Shamit RA bahwasanya RAsulullah SAW keluar untuk memberitahukan lailatul qadar, namun ada dua orang dari kaum muslimin yang bertengkar. Maka beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian lailatul qadar. Namun si fulan dan si fulan justru cekcok, sehingga pengetahuan tentang lailatul qadar telah diangkat dariku. Boleh jadi hal itu lebih baik bagi kalian. Maka carilah lailatul qadar pada malam dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, dan dua puluh lima.” (HR. Bukhari no. 49, Malik no. 615 dan Ad-Darimi no. 1715)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ramadhan & Lailatul Qadar #2
Oleh: Muhib al-Majdi
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth
Bersambung….