(Arrahmah.com) – Bulan suci Ramadhan telah datang kembali, umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan penuh berkah ini dengan antusias. Hanya saja, ada sebagian umat Islam di beberapa belahan dunia yang harus Ramadhan dalam kondisi memilukan, selain di negara-negara Muslim yang sedang di landa perang seperti Suriah, Palestina, Afghanistan.
Umat Islam di negara-negara berikut ini bahkan tidak bisa bebas dalam menjalankan ibadah mereka meskipun di bulan Ramadhan.
Berdasarkan rilisan IB Times UK, setidaknya ada 5 negara di mana umat Islam di sana didiskriminasi dan dianiaya hanya karena keimanan mereka. Bisa dibilang mereka adalah the forgotten people atau orang-orang yang terlupakan karena jarang disorot oleh dunia internasional. Maka Ramadhan ini, ingatlah mereka yang tertindas dan terlupakan:
Myanmar/Burma
Muslim etnis Rohingya adalah minoritas di negara mayoritas penganut Buddha, Myanmar (dahulunya Burma). Muslim Rohingya disebut-sebut sebagai masyarakat yang asalnya dari Bangladesh. Meskipun demikian, Muslim Rohingya telah hidup di Myanmar selama berabad-abad.
Pemerintah Myanmar menolak untuk mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang Bengali penduduk Bangladesh.
Sebuah film dokumenter pendek oleh New York Times telah dirilis bulan ini. Dokumenter tersebut menunjukkan otoritas Myanmar ‘mengurung’ warga Rohingya di ‘kamp-kamp konsentrasi’ atau di desa-desa mereka dengan akses minim untuk perawatan medis dan pendidikan.
Sejumlah besar (ratusan atau mungkin ribuan) warga Rohingya telah meninggal dunia akibat serangan ekstremis Buddhis sejak Juni 2012 dan ratusan ribu telah mengungsi ke negara-negara tetangga.
Ironisnya, tak sedikit di antara para pengungsi Rohingya yang harus menghadapi penolakan dari otoritas negara-negara tetangga, bahkan banyak di antara mereka yang harus meregang nyawa karena terombang-ambing di lautan karena tidak ada negara yang menerima mereka.
Republik Afrika Tengah (CAR)
Konflik CAR telah membuat ribuan Muslim kehilangan nyawa dan tempat tinggal akibat serangan militan anti-Balaka sejak Michel Djotodia, seorang Muslim, mengalahkan presiden Francois Bozize, seorang Kristen, pada 2012. Menurut laporan yang beredar, lebih dari 2.000 orang meninggal dunia. Ribuan Muslim CAR telah melarikan diri dari rumah mereka karena sadisnya serangan-serangan yang dilancarkan oleh para militan Kristen. Alasannya, karena keimanan mereka.
“Kami tidak menginginkan Muslim ada di sini dan kami juga tidak ingin masjid mereka ada di sini lagi,” kata seorang penjarah Kristen bernama Richard kepada AP setelah lebih dari 1.200 Muslim melarikan diri dari ibukota Bangui.
Cina
Orang-orang etnis Uighur adalah Muslim minoritas yang tinggal di wilayah otonom Xinjiang, yang juga dikenal sebagai Turkistan Timur, di Cina.
Muslim Uighur di Xinjiang telah lama menjadi target diskriminasi agama oleh pemerintah Cina.
Tak hanya diperketat aktivitas keislaman mereka, Muslim Uighur juga menjadi target pasukan “kontra-terorisme”. Sejumlah Muslim Uighur ditangkap dan sebagian dibunuh atas tuduhan “terorisme”, “ekstremisme”, atau “separatisme” tanpa pengadilan.
Cina menuduh para “militan” Uighur melancarkan kampanye kerusuhan untuk mendirikan negara yang independen. Sementara menurut para pengamat Hak Asasi Manusia, Beijing sengaja membesar-besarkan isu “terorisme” untuk membenarkan penindasannya terhadap Muslim Uighur.
India
Umat Islam di negeri mayoritas Hindu ini juga tak lepas dari diskriminasi dan penganiayaan, yang alasannya juga hanya karena mereka adalah Muslim.
Antara 50.000-200.000 Muslim diyakini telah tewas dibunuh dalam serangan rasis di Hyderabad pada 1948, pada saat krisis Partisi.
Sejak kemerdekaan India, sejak saat itu pula India menyaksikan kekerasan sporadis skala besar yang dipicu oleh ketegangan antara komunitas Hindu dan Muslim.
Salah satu pemicu ketegangan antar Hindu-Muslim adalah penghancuran Masjid Babri di Ayodhya. Penghancuran tersebut terjadi pada 1992 dan dilakukan oleh Partai Hindu Nasionalis Bharatiya Janata (BJP).
Narendra Modi, pemimpin BJP, bulan lalu telah diangkat sebagai perdana menteri India yang baru. Modi masih menghadapi pertanyaan terkait kerusuhan tahun 2002 di Gujarat, di mana sat itu hingga 2.000 Muslim tewas. Kelompok-kelompok hak asasi dan media telah menuduh Modi, yang memimpin Gujarat pada saat itu, mengibarkan kekerasan dan tidak melindungi masyarakat Muslim dari serangan massa Hindu.
Angola
Muslim Angola pun mengalami diskriminasi agama. Pada November 2013 otoritas Angola memerintahkan penutupan seluruh masjid dan menyatakan Islam ilegal.
Menteri Kebudayaan Angola Rosa Cruz e Silva menyebut Islam adalah sebuah “sekte” yang akan dilarang karena berlawanan dengan keberagamaan dan budaya Angola.
Muslim di Angola menempati kurang dari 1% dari populasi Angola yang berjumlah sekitar 19 juta. Sedangkan lebih dari setengahnya adalah para mantan koloni Portugis di bagian barat daya Afrika yang menganut Kristen.
Media lokal sering melaporkan bentrokan antar kedua masyarakat tersebut, Muslim dan Kristen. Banyak di antara Muslim yang bermigrasi dari barat Afrika dan Lebanon sering menghadapi permusuhan dari para anggota parlemen.