Warga Suriah dari wilayah Bayirbucak di barat laut negara yang dilanda perang itu akan menyambut Ramadhan lainnya jauh dari keluarga dan negara asal mereka.
Pengungsi yang berjumlah 3.500 orang yang melarikan diri dari Suriah karena perang dan telah tinggal di kamp kontainer di distrik Yayladagi di provinsi Hatay selatan Turki selama sembilan tahun, telah mulai membuat persiapan Ramadhan.
Salah satu warga, Ali Mollamusa, mengatakan kepada Anadolu bahwa ini adalah Ramadhan kesepuluh yang akan mereka rayakan di luar Suriah.
“Untungnya negara Turki dan rakyat Turki telah memeluk kami. Ramadhan disana cukup berbeda, berbeda juga disini. Di sini, Ramadhan penuh dengan kesedihan karena kami memiliki kerabat dan teman yang tinggal di Suriah. Mereka hidup dalam kondisi sulit, kami tidak tahu bagaimana Ramadhan nanti bagi mereka,” kata Mollamusa.
Mengatakan bahwa meskipun semua kebutuhan mereka terpenuhi di kamp, Mollamusa menunjukkan bahwa dia masih merindukan desanya sendiri.
Warga lainnya, Fatma Bozoğlan menyatakan bahwa dia datang ke Turki bersama keluarganya 9 tahun lalu.
Bozoğlan mengatakan bahwa dia melihat Turki sebagai rumah keduanya dan berterima kasih kepada Turki.
Ibrahim Mollamusa yang berusia dua puluh tahun, mengatakan bahwa dia berusia 12 tahun ketika datang ke Turki.
“Saya menghabiskan separuh hidup saya di Turki, dan separuh lainnya di Suriah. Di sini kita hidup dalam keamanan. Saya belajar di universitas tetapi saya juga merindukan desa saya.”
Tindakan keras oleh rezim yang dipimpin Bashar Asad terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah pada tahun 2011 mencetuskan perang, dengan Moskow mendukung Asad, dan Ankara dan Washington mendukung oposisi. Jutaan orang telah meninggalkan Suriah dan jutaan lainnya mengungsi secara internal.
Selama 10 tahun, rezim Asad telah mengabaikan kebutuhan dan keselamatan rakyat Suriah, hanya mengincar keuntungan teritorial lebih lanjut dan menghancurkan oposisi. Dengan tujuan ini, rezim terus membom fasilitas vital seperti sekolah, rumah sakit, dan daerah pemukiman, menyebabkan pengungsian hampir setengah dari populasi negara sambil mengadopsi kebijakan untuk memastikan kehidupan mereka lebih sulit. (haninmazaya/arrahmah.com)