Spirit Ramadan membuat pemuda Muslim Inggris berbagi kenikmatan Ramadan kepada para pengemis dan gelandangan London dengan memberi makanan berbuka (iftar) gratis.
“Selama Ramadan, kami para Muslim ikut merasakan sesaat bagaimana rasanya lapar,” ujar Miqdad Asaria, pemilik ide iftar untuk para gelandangan, seperti yang dikutip oleh The Guardian.
“Saya kira, Kapan waktu yang lebih baik lagi untuk berbagi dengan mereka yang selalu kelaparan sepanjang tahun?”
Setiap hari Selasa, Asaria dan pemuda Muslim datang ke Lapangan Lincoln di London di mana banyak gelandangan pria dan wanita mendunggu pengunjung dermawan mereka. Begitu mereka tiba, para pemuda itu menyebar ke penjuru taman dengan berbagai macam minuman dan makanan untuk dibagi dengan mereka yang kurang beruntung.
Kemudian mereka melakukan sholat Maghrib di salah satu sudut taman, sementara kelompok yang lain menawarkan makanan hangat untuk para gelandangan non Muslim yang kelaparan.
Asaria, pemuda berusia 27 tahun, sekaligus ahli komputer itu percaya jika inisiatif tersebut membawa keuntungan ganda, membantu pemuda Muslim menjalin hubungan dengan komunitas lokal dan menciptakan kesadaran lebih besar.
“Saya ingin menyatakan jika Muslim tidak seharusnya hanya melihat keluar jika mereka berpikir tentang masalah–banyak masalah pula di dalam negara ini,” papar Asaria. “Para Muslim yang berharap tidak mengenal satu sama lain, sehingga ini adalah media bersosialisasi pula bagi kita,” imbuhnya.
Begitu Asaria mengadakan iftar gratis dua minggu lalu, ia pun membuat halaman di Facebook khusus untuk kegiatan inisiatif tersebut. Hanya dalam waktu seminggu, seratus pemuda Muslim bertanya bagaimana cara ikut berperan. Minggu berikut, pengunjung halaman Facebook telah mencapai lebih dari 150 Muslim.
Sebuah film dokumenter pendek juga dipasang pada YouTube dengan tujuan menyebarkan pesan itu. Ide tersebut menarik perhatian komunitas lain dengan restoran India. Mereka menanyakan kelompok Muslim itu kemungkinan membawa ide iftar lebih jauh
Asaria masih teringat pertama kali ia bersama tim mendatangi taman dengan makanan. “Para gelandangan itu lumayan terkejut. Mereka biasa mendapat makanan yang dilempar dari belakang van,” tutur Asaria. “Tapi kami berniat berbagi, maka kami menjalin komunikasi dengan mereka yang makan bersama kami,” kata Asaria menekankan.
“Ini adalah contoh yang menginspirasi dari nilai-nilai yang kami pegang dan menggunakan itu untuk menerima komunitas lebih luas,” ujar Asaria lagi.
Inggris saat ini adalah rumah bagi sejumlah multi etnis Muslim sekitar 2 juta orang, terutama dari latar belakang Pakistan, Bengali, dan India. (Republika)