Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(Arrahmah.com) – Pelantikan Presiden dan Wapres terpilih Jokowi-JK 20 Oktober lalu menyisakan cerita, pertanyaan dan harapan di benak masyarakat negeri ini. Luapan harapan masyarakat untuk presiden terpilih dengan merayakan “Pesta Rakyat”
Tentu saja “pesta rakyat” ini menjadi perhatian masyarakat, karena sebelumnya hal seperti ini tidak terjadi. Yang menarik dalam pesta rakyat ini untuk apa tujuannya ? apakah hanya sekedar bergembira ria ataukah langkah menuju kemakmuran negeri ini ? Betapa tidak amanah sebagai pemimpin amatlah sangat besar tanggung jawabnya tidak hanya di dunia tetapi di akhirat nanti akan diminta pertanggung jawabannya.
Seperti di kutip dari antaranews.com, 20/10/2014 diberitakan Pengamat politik dari FISIP Universitas Lampung Syafarudin MA mengajak semua pihak, untuk mengawal dan mendukung Program Trisakti yang diusung duet pemimpin baru Indonesia, Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), sehingga dapat memajukan Indonesia dan menyejahterakan rakyat negeri ini. Karena itu, dia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mengawal dan mendukung Program Trisakti Jokowi-JK, yaitu berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan dapat benar-benar diwujudkan.
Menarik sekali pernyataannya untuk dicermati “menyejahterakan rakyat , berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan dapat benar-benar diwujudkan.”
Pertanyaannya, apakah presiden baru mampu merealisasikan harapan itu ?
Teman baik dalam percaturan politik
Menilik agenda pelantikan presiden lalu yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry dan Tony Abbott Perdana Menteri Australia. Kerry dan Abbott akan berada di Indonesia untuk mewakili Pemerintah Amerika Serikat menghadiri pelantikan Presiden RI, Joko Widodo. Menurut Tonny Abbot pelantikan ini tidak hanya penting bagi Indonesia, namun juga bagi Australia, karena Indonesia merupakan negara tetangga yang penting.
Tamu-tamu yang mewakili negaranya itu mengingatkan kita pada hubungan mereka dengan negeri ini. Harus diingat kemenangan Jokowi-JK adalah bukan semata-mata milik pribadi saja. Kemenangan ini sudah pasti ada orang-rang yang ikut andil didalamnya. Meskipun ada pernyataan yang menyeruak ke khalayak bahwa Jokowi-JK tidak tunduk pada siapapun, rakyat akan melihat tontonan cerita selanjutnya dari kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan nanti.
Jangan lupa, Jika kita melihat lagi rezim yang lalu tentang bagaimana asing selalu ikut bercokol dalam kehidupan negeri ini. Pujian yang mereka lontarkan bukan tidak mungkin memiliki maksud lain. Bahkan asing seringkali menerima pembelaan dari penguasa negeri ini untuk kepentingannya.
Akankah membawa perubahan ?
Pengalaman selalu memberi pelajaran yang berharga bagi kita. Walaupun berbagai program digadang-gadang akan membawa kesejahteraan bagi negeri ini, tetaplah yang akan membuktikan adalah pelaksanaan.
Dari pengalaman juga bahwa perubahan dalam sistem demokrasi tidak akan menyentuh kebutuhan dasar rakyat. Perubahan sekadar hanya menjadi buah bibir bagi para penguasa. Akankah program-program itu membawa negeri ini menjadi negara yang kuat dan bermartabat? Ataukah program-program tersebut hanya sekadar pemanis saja dalam rangka menarik simpatik rakyat? ataukah rakyat kembali akan diberi kepahitan setelah rakyat memberi segenap dukungannya saat pemilu lalu ?
Bercermin pada pengalaman dari setiap rezim, banyak kebutuhan umat yang terabaikan, umat semakin dibuat tercekik hidupnya. Visi dan misi yang jauh dari akidah Islam. Program-program yang diusung tidak ada yang bertujuan kepada Syariah Islam. Ironisnya Syariah dianggap tidak membawa keberuntungan bagi negeri ini, itulah pola pikir kapitalis bahwa segala sesuatu dinilai seperti jual-beli.
Kembali kita cermati harapan-harapan yang dilontarkan oleh masyarakat tentang apakah dibawah Presiden baru Indonesia menjadi lebih baik ?
Pertama, Menyejahterakan rakyat – harapan ini tentunya adalah harapan segenap rakyat di negeri ini. Setiap pergantian rezim harapan ini adalah harapan yang paling mengedepan. Kesulitan hidup telah membawa masyarakat begitu berharap pada pemimpin yang membawa kesejahteraan bagi mereka. Jika kita bercermin pada kebijakan-kebijakan sang penguasa yang notabene adalah membawa kesenjangan, yang kaya makin kaya-yang miskin maskin miskin. Kesejahteraan hanya dinikmati oleh orang-orang yang memiliki “kuasa”
Kedua, mandiri dalam ekonomi – harapan rakyat ini tentunya didasarkan pada sistem ekonomi yang digunakan negeri ini ideologi kapitalis-liberal. Lihat saja bagaimana Jokowi-JK mengeluarkan kebijakan penghapusan subsidi BBM. Akibat penghapusan BBM ini beban rakyat makin berat. Visi dan misinya tetap akan menjadikan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan melanjutkan pembiayaan melalui utang. Mereka juga tetap akan mendorong peran swasta/asing untuk berinvestasi di sektor riil dan finansial, ini artinya memberikan kesempatan kepada swasta/asing untuk mengeruk kekayaan alam negeri ini. Jadi apabila seperti itu akankah terwujud mandiri dalam ekonomi ?
Ketiga, Berdaulat dalam politik – pemimpin terpilih saat ini tentunya di kelilingi oleh kepentingan partai-partai politik pendukungnya. Hal yang sudah bisa ditebak bahwa mereka akan menagih imbalan hasil atas kerja mereka yang sudah berkontribusi terhadap percaturan politik, dalam hal ini bisa dalam bentuk jabatan ataupun hal lainnya. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pihak asing akan memberi peranannya di negeri ini.
Islam mensejahterakan
Sungguh semua ini menjadikan perhatian buat kita semua, kita diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai manusia yang diberikan akal agar mampu melakukan amal perbuatan dengan standar halal dan haram. Semua ini hanya bisa terwujud jika sistem yang mengaturnya pun berkiblat pada aturan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan kepada aturan dari manusia yang serba terbatas.
Allah telah menjelaskan berbagai hukum yang mengatur kehidupan manusia termasuk bidang ekonomi, pemerintahan dan yang lainnya di dalam Syariah. Di dalam Syariah ini sudah jelas bahwa khalifah sebagai pemimpin tidak boleh tunduk kepada peraturan yang bertentangan dengan Islam.
Jelaslah, ketika sistem demokrasi-sekuler masih dijadikan sebagai pengatur urusan umat, rakyat akan terus menelan kepahitan demi kepahitan. Tidakkah kita ingin hidup dengan ridha dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala ? tidak lain dan tidak bukan adalah dengan menjadikan negeri ini kuat dan bermartabat dengan syariah yang telah membuktikan mampu mensejahterakan umat. Wallaahu a’lam bi ash-shawab
(arrahmah.com)