WARDAK (Arrahmah.com) – Ketika kerabat berhasil mengidentifikasi tiga mayat termutilasi yang ditemukan di dekat bekas pangkalan pasukan khusus AS sebagai anggota keluarga mereka yang hilang, mereka memutuskan untuk membawa mayat-mayat tersebut ke ibukota provinsi Wardak dan mengatur protes untuk menyebarkan berita kehilangan mereka, lapor Guardian.
Pada Selasa (4/6/2013) sekitar tengah hari, ratusan orang membanjiri jalan-jalan di kota Maidan Shar, memblokir jalan utama menuju Kandahar dan Kabul dan meneriakkan “kematian untuk Amerika” serta “kematian untuk pasukan khusus”. Sore harinya dua orang lebih tewas dan satu terluka parah setelah polisi boneka Afghan melepaskan tembakan dengan klaim untuk mengendalikan apa yang mereka katakan sebagai massa yang mengganas.
Tiga mayat tersebut adalah penemuan mengerikan terbaru di distrik Nerkh, di mana penduduk setempat mengatakan serangkaian penduduk sipil menghilang setelah memasuki basis militer yang menjadi rumah bagi pasukan khusus AS. Warga setempat menyalahkan pasukan AS tetapi juru bicara AS membantah keras adanya pelanggaran oleh pasukan asing walaupun ia tidak bisa memberikan bukti untuk memperkuat pernyataannya.
Masyarakat setempat terus menyalahkan pasukan AS. “Kami menemukan 10 mayat orang yang tewas oleh Amerika, tujuh sebelumnya dan tiga hari ini, di sisi barat basis AS,” ujar Sediqullah, seorang penduduk setempat yang adiknya merupakan salah satu korban dari tiga mayat yang ditemukan pada Senin (2/6).
“Namanya Atiqullah, dia berusia 38 tahun dan seorang pemilik toko di Maidan Shar,” ujar pria berusia 42 tahun tersebut sebelum mendaftar nama-nama korban dan pekerjaan mereka.
Di antara korban termasuk seorang guru, supir taksi, pegawai pemerintah dan buruh harian lepas. Dia menambahkan bahwa di tubuh mereka ditemukan tanda-tanda penyiksaan.
“Mereka memotong jari-jari korban dan memukul perut dan kepala dengan batu,” ujarnya melalui telepon dari rumahnya di luar Maidan Shar. “Mereka adalah orang-orang miskin yang hanya memiliki bisnis biasa dan bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.”
Seorang politikus senior Wardak mengatakan 10 orang hilang pada akhir tahun lalu dan keluarga mereka terus mencari-cari kabar mereka selama berbulan-bulan.
“Ketika ada banyak salju, sekitar 10 orang hilang di Nerkh dan sudah sekitar satu setengah bulan yang lalu tujuh mayat ditemukan. Bagian terakhir dari proses itu adalah hari ini, di mana tiga mayat ditemukan,” ujar Hazrat Mohammad Janan, wakil kepala dewan provinsi. “Tidak jelas siapa yang membunuh mereka meskipun pendemo menuduh tentara AS.”
Wardak merupakan jantung konfrontasi antara Afghanistan dengan pasukan AS awal tahun ini. Karzai memerintahkan semua pasukan asing meninggalkan provinsi setelah menerima laporan yang mengatakan bahwa unit elit AS terlibat dalam hilangnya warga sipil di Nerkh. (haninmazaya/arrahmah.com)