RIYADH (Arrahmah.id) — Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz, berang terhadap aksi serangan terbaru Israel pada Selasa (31/10/2023) ke kamp pengungsian terbesar di Gaza, Jabalia. Pemerintah Saudi menyebutnya tidak manusiawi karena banyak warga sipil tak berdosa tewas.
“Kerajaan Arab Saudi mengutuk keras tindakan tidak manusiawi yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza yang terkepung, menyebabkan kematian dan cedera pada sejumlah besar warga sipil tak berdosa”, kata kerajaan, dikutip dari The Times of Israel (1/11/2023).
“Kerajaan mengutuk dan menolak sepenuhnya penargetan yang berulang oleh militer pendudukan Israel di wilayah yang padat penduduk dan ini terus mengulangi pelanggaran pada hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” tambahnya.
Arab Saudi juga menyebut komunitas internasional telah gagal dalam memberikan tekanan pada pasukan Israel untuk segera menyetujui gencatan senjata. Padahal ini sesuai dengan resolusi PBB 27 Oktober 2023.
“Kerajaan menekankan bahwa situasi kemanusiaan yang mengerikan akibat eskalasi yang sedang berlangsung tidak dapat dibenarkan dan bahwa penghentian pertumpahan darah, perlindungan warga sipil, dan penghentian operasi militer merupakan prioritas mendesak,” tegasnya lagi.
“Kegagalan untuk segera mematuhi prinsip-prinsip ini pasti akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang menjadi tanggung jawab pendudukan Israel dan masyarakat internasional,” tambahnya.
Pemerintah Qatar juga mengutuk pemboman Israel terhadap kamp Jabalia. Ini, kata negeri itu, akan merusak upaya mediasi dan deeskalasi.
“Pembantaian baru terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya”, kata Kementerian Luar Negeri, dikutip AFP dari media lokal.
“Perluasan serangan Israel di Jalur Gaza yang mencakup sasaran sipil,” tambahnya.
Sebelumnya serangan ke kamp pengungsi di Jabalia telah menewaskan dan melukai setidaknya 400 orang. Ini menambah jumlah korban sipil Gaza menjadi 8.525 orang.
“Jumlah awal korban syahid dan terluka dalam serangan pendudukan di Jabalia adalah 400 orang,” tegas Direktur RS Indonesia, Dr Atef Al-Kahlot saat konferensi pers, dikutip CNBC International dari NBC.
Ia mengatakan pencarian korban lain masih dilakukan. Orang-orang mungkin masih terkubur di bawah reruntuhan di Jabalia.
Jabalia menampung keluarga pengungsi dari perang dengan Israel sejak tahun 1948. (hanoum/arrahmah.id)