DAMASKUS (Arrahmah.id) – Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Kamis (4/5/2023) menyerukan “pasukan perlawanan” untuk bersatu melawan “Israel” pada hari keduanya di Suriah – kunjungan pertama ke sekutu dekat Teheran dalam lebih dari satu dekade perang itu.
Teheran telah lama memberikan dukungan logistik dan militer kepada banyak faksi yang memerangi musuh bebuyutannya “Israel”, termasuk beberapa kelompok Palestina dan Hizbullah yang berbasis di Libanon – sekutu utama Damaskus.
“Israel” telah melakukan ratusan serangan udara terhadap pasukan yang didukung Iran di Suriah sejak konflik meletus pada 2011. Meskipun jarang mengomentari serangan itu, “Israel” telah berulang kali memperingatkan tidak akan membiarkan Iran memperluas jejaknya di wilayah utara yang dilanda perang.
Selama pertemuannya di Damaskus, Raisi menyerukan front persatuan melawan “Israel”, lansir kantor berita Iran, IRNA.
“Persatuan dan kohesi kekuatan perlawanan, kawasan dan dunia Islam diperlukan untuk mempercepat kekalahan rezim Zionis,” kata Raisi mengacu pada “Israel”.
“Republik Islam selalu mengejar masalah Palestina sebagai prioritas dalam kebijakan luar negerinya, dan kami percaya bahwa semua persamaan dunia Islam ditentukan di bawah masalah ini,” katanya sebagaimana dikutip IRNA.
Kunjungan dua hari Raisi ke Suriah dilakukan beberapa pekan setelah Iran dan musuh bebuyutannya Arab Saudi setuju untuk memulihkan hubungan, mendorong ibu kota regional untuk kembali terlibat dengan pemerintah yang terisolasi secara internasional di Damaskus dan Teheran.
Presiden Iran bertemu rekannya dari Suriah Bashar Asad pada Rabu (3/5), memujinya karena “mencapai kemenangan” dalam perang negara itu.
Konflik Suriah telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan menelantarkan jutaan orang, kebanyakan dari mereka karena kekerasan tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh rezim Asad dan sekutunya.
Sementara garis depan sebagian besar tenang dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar wilayah utara negara itu tetap berada di luar kendali pemerintah.
Iran telah lama menopang Damaskus dengan bantuan ekonomi dan militer, membantu pemerintah Suriah merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang pada awal konflik.
Republik Islam itu sekarang memposisikan dirinya dalam peran utama ketika Asad berusaha untuk fokus pada rekonstruksi Suriah, meskipun kedua negara tetap berada di bawah sanksi berat Barat.
Raisi, yang datang dengan delegasi menteri tingkat tinggi, juga menandatangani nota kesepahaman tentang “kerja sama strategis jangka panjang”, yang meliputi bidang-bidang termasuk minyak, penerbangan, perkeretaapian, dan pertanian.
Dia mengatakan pada Rabu (3/5) bahwa Iran akan “berdiri bersama saudara-saudara Suriahnya di bidang pembangunan dan kemajuan”.
Presiden Iran terakhir yang mengunjungi Damaskus adalah Mahmoud Ahmadinejad pada September 2010.
Asad telah secara resmi mengunjungi Teheran dua kali sejak perang pecah, terakhir kali pada Mei 2022. (zarahamala/arrahmah.id)