ANKARA (Arrahmah.id) – Presiden Recep Tayyip Erdogan, pada Rabu (24/1/2024), menyambut Presiden Iran, Ebrahim Raisi, di Turki dengan sebuah upacara resmi untuk kunjungan satu hari di tengah-tengah perang di Gaza, lapor Anadolu Agency.
Menurut laporan tersebut, Raisi dan Erdogan bertemu di ibu kota, Ankara, untuk melakukan pembicaraan yang berfokus pada dampak regional dari konflik “Israel”-Palestina, serta langkah-langkah untuk memperdalam hubungan Turki-Iran, menurut sumber-sumber diplomatik.
Kunjungan ini dilakukan di tengah-tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak regional dari perang di Gaza, yang dilancarkan “Israel” sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilancarkan oleh Hamas, demikian laporan tersebut mengatakan.
Tidak seperti sekutu-sekutu Baratnya dan beberapa negara Arab, anggota NATO Turki tidak menganggap kelompok militan Palestina Hamas, sebagai kelompok teroris.
Berbicara dalam sebuah konferensi pers setelah bertemu dengan Raisi di Ankara, Erdogan mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut telah mendiskusikan penghentian serangan “Israel” yang tidak manusiawi di Gaza dan perlunya mengambil langkah-langkah untuk perdamaian yang adil dan langgeng di wilayah tersebut.
“Kami sepakat akan pentingnya menahan diri dari langkah-langkah yang akan semakin mengancam keamanan dan stabilitas wilayah kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa kedua negara bertetangga ini juga telah sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam menghadapi ancaman-ancaman militan lintas batas, lansir Reuters.
Raisi menuduh Amerika Serikat mendukung apa yang disebutnya sebagai kejahatan “Israel” terhadap warga Palestina di Gaza dan mengulangi seruan Teheran agar negara-negara Muslim memutuskan hubungan ekonomi dan politik mereka dengan rezim Zionis.
“Apa yang terjadi di Palestina dan Gaza adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dan Amerika Serikat dan Barat mendukung kejahatan ini,” katanya.
“Memutuskan hubungan ekonomi dan politik dengan rezim ini tentu saja dapat berdampak pada rezim Zionis untuk mengakhiri kejahatannya.”
Turki dan Iran biasanya memiliki hubungan yang rumit, berselisih dalam sejumlah isu, terutama perang Suriah. (haninmazaya/arrahmah.id)