(Arrahmah.id) – Saat azan Magrib berkumandang, mungkin Anda tergoda untuk langsung menyantap hidangan utama. Namun, hal ini bisa membuat tubuh terasa berat, lelah, dan lesu setelah makan. Bahkan, banyak orang yang mengeluhkan bahwa mereka merasa lebih lelah setelah berbuka dibandingkan saat berpuasa. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh cara berbuka yang kurang tepat. Simak artikel ini untuk mengetahui metode berbuka yang paling sehat dan mengapa disarankan untuk memulainya dengan kurma dan air.
Rahasia Kurma dan Air
Beberapa sejarawan meyakini bahwa kurma adalah salah satu buah yang pertama kali dibudidayakan dalam sejarah manusia. Para ahli gizi juga menegaskan bahwa berbuka dengan kurma dan air adalah pilihan terbaik bagi kesehatan.
Hal ini karena kurma mengandung gula alami yang menjadi sumber energi cepat bagi tubuh setelah seharian berpuasa. Tidak perlu mengonsumsi dalam jumlah besar—satu atau dua butir kurma sudah cukup untuk memberikan manfaat yang optimal.
Dua butir kurma kering mengandung:
- 1 gram protein
- 3 gram serat
- 27 gram gula
- 31 gram karbohidrat
Kurma juga kaya akan mineral dan nutrisi penting, seperti magnesium, kalsium, zat besi, dan kalium. Zat besi dalam kurma sangat bermanfaat bagi mereka yang mengalami anemia, karena kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh cepat lelah. Kombinasi zat besi dan karbohidrat dalam kurma membantu mengurangi rasa lelah dan lesu setelah berbuka.
Selain itu, kurma kering mengandung polifenol, sejenis senyawa antioksidan yang memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari meningkatkan pencernaan hingga membantu mencegah penyakit seperti diabetes dan kanker. Antioksidan ini berfungsi melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas—molekul tidak stabil yang dapat memicu berbagai penyakit. Walaupun banyak buah kering yang mengandung polifenol, kurma termasuk salah satu sumber terkaya akan senyawa ini.
Kurma juga kaya akan serat, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan setelah seharian berpuasa. Serat membantu mencegah sembelit akibat perubahan pola makan dan memastikan kelancaran sistem pencernaan. Selain itu, serat dalam kurma membantu mengatur kadar gula darah dengan memperlambat proses pencernaan, sehingga mencegah lonjakan gula darah secara tiba-tiba setelah berbuka.

Sementara itu, air berperan vital dalam menghidrasi tubuh setelah berjam-jam tanpa asupan cairan. Air membantu mengembalikan keseimbangan cairan tubuh, menggantikan elektrolit yang hilang, serta mendukung berbagai fungsi biologis penting.
Meskipun cairan bisa diperoleh dari jus, sup, atau buah-buahan, air tetap menjadi pilihan terbaik karena tidak mengandung kalori tambahan. Untuk berbuka, disarankan mengonsumsi air hangat atau suhu ruangan daripada air dingin, karena lebih mudah diserap tubuh dan dapat membantu pencernaan bekerja lebih optimal.

Menurut Nazima Qureshi, seorang ahli gizi di Toronto dan penulis Panduan Ramadhan Sehat, kesalahan yang sering dilakukan banyak orang selama Ramadan adalah kurangnya asupan air. Hal ini dapat menyebabkan masalah pencernaan, dehidrasi, serta gejala seperti pusing, sakit kepala, dan kelelahan.
Dr. Lama Nazzal, spesialis penyakit ginjal dan profesor di NYU Grossman School of Medicine, juga memperingatkan bahwa kekurangan air dalam jangka panjang bisa berdampak buruk pada kesehatan ginjal. Ia menyarankan agar berbuka diawali dengan minum air dan memastikan tubuh tetap terhidrasi hingga waktu sahur untuk menjaga fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi.
Di sisi lain, berbuka dengan makanan berlemak dan tinggi gula bisa memperlambat proses pencernaan, menyebabkan perut terasa kembung, berat, dan tidak nyaman.

Susunan Menu Berbuka yang Sehat
Setelah berbuka dengan kurma dan air, sebaiknya tidak langsung menyantap hidangan utama. Luangkan beberapa menit untuk menunaikan salat terlebih dahulu, lalu mulai makan dengan sup yang dapat membantu mempersiapkan perut dan memberikan rasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan berlebihan.
Saat menikmati makanan utama, makanlah dengan perlahan dan kunyah dengan baik untuk mendukung sistem pencernaan dan menghindari gangguan pencernaan.
Untuk mendapatkan keseimbangan nutrisi yang baik, pastikan menu berbuka mengandung karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, sayuran berserat tinggi, serta protein dari daging atau ikan, disertai dengan lemak sehat. Kombinasi ini akan memberikan energi yang stabil dan menjaga kesehatan tubuh setelah seharian berpuasa.
Sebagai panduan, Anda bisa membagi piring makan menjadi dua bagian:
- Setengah piring diisi dengan sayuran non-tepung atau salad untuk memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
- Seperempat piring diperuntukkan bagi karbohidrat kompleks seperti quinoa, kentang, atau nasi merah, yang memiliki lebih banyak serat dibandingkan nasi putih.
- Seperempat piring lainnya diisi dengan protein, seperti ayam, daging sapi, atau ikan, untuk memenuhi kebutuhan asam amino tubuh.
Selain itu, penting untuk membatasi konsumsi makanan tinggi lemak, gula, serta minuman manis. Mengingat waktu makan yang terbatas selama Ramadan, pastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup serta cairan yang memadai agar tetap sehat dan bertenaga sepanjang hari.
(Samirmusa/arrahmah.id)