TEL AVIV (Arrahmah.id) – Radio Angkatan Darat “Israel” mengklaim pada Kamis (1/2/2024) bahwa Tel Aviv hampir mencapai kesepakatan dengan Kairo untuk mengambil alih kendali zona penyangga antara Gaza dan Mesir, yang juga dikenal sebagai Poros Philadelphi, dan “Israel” berjanji memberikan cukup waktu bagi warga Palestina untuk mengevakuasi Rafah, Anadolu Agency laporan.
Kedua belah pihak telah melakukan pembicaraan dalam beberapa pekan terakhir untuk menyelesaikan perselisihan antara kedua negara, dengan “Israel” berusaha menguasai Poros Philadelphia dan Mesir menentang hal ini karena kekhawatiran mengenai situasi saat ini di Gaza, kata Radio Angkatan Darat.
Namun Kairo belum mencapai atau mendekati kesepakatan dengan “Israel” untuk menyerahkan zona penyangga antara Mesir dan Gaza, yang dikenal sebagai Poros Philadelphi, media Mesir melaporkan Kamis malam (1/2).
Al -Qahera News, yang dekat dengan pihak berwenang Mesir, mengutip “sumber keamanan tingkat tinggi” yang tidak disebutkan namanya yang membantah laporan tersebut.
Sumber tersebut membantah “mendekati kesepakatan dengan Israel mengenai Rafah dan Koridor Salah Al-Din/Philadelphi” dan mengesampingkan “pemasangan perangkat teknologi apa pun di Koridor tersebut.”
Sumber tersebut juga menolak “pengaturan keamanan baru untuk Koridor.”
Poros Philadelphi adalah jalur sempit sepanjang 14 kilometer (8,7 mil) yang berfungsi sebagai zona penyangga di perbatasan Mesir-Gaza dan dijamin oleh Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir 1979.
Mesir sebelumnya mengatakan setiap upaya “Israel” untuk menduduki wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir, yang dikenal sebagai Koridor Philadelphi, akan mengancam hubungan bilateral “Israel”-Mesir.
Namun, Radio Angkatan Darat mengklaim bahwa “Israel” berjanji kepada Mesir untuk tidak melakukan intervensi militer di zona penyangga sampai Palestina memiliki cukup waktu untuk mengevakuasi Rafah ke wilayah lain di Gaza.
Terdapat lebih dari 1,4 juta orang di Rafah, sebagian besar tinggal di tenda-tenda dekat perbatasan Mesir, menurut angka PBB.
Kekhawatiran utama Mesir adalah mengurangi aliran warga Palestina ke wilayah Mesir jika terjadi aksi militer “Israel” di wilayah tersebut, klaim Radio tersebut, dan menambahkan bahwa pihak berwenang “Israel” belum memutuskan apakah akan mengizinkan penduduknya untuk pindah ke Gaza utara atau ke Khan Yunis.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Radio lebih lanjut mengklaim, negara Teluk yang tidak disebutkan namanya kemungkinan akan mendanai pembangunan tembok bawah tanah untuk melindungi terowongan di wilayah tersebut, namun Mesir harus menyetujui saran ini.
Pihak “Israel” dan Mesir belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai laporan tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)