DOHA (Arrahmah.com) – Saat AS mengakhiri perang 20 tahun di Afghanistan dalam apa yang secara universal dilihat sebagai kekalahan yang memalukan, perhatian kemudian beralih ke masa depan negara itu.
Qatar, yang memainkan peran mediasi penting antara Taliban dan AS, telah memberi peringatan terhadap langkah tergesa- gesa yang dapat mendorong negara Asia tengah itu berada pada ketidakstabilan lebih lanjut.
“Jika kita mulai memberikan syarat-syarat dan menghentikan hubungan ini, kita akan meninggalkan kekosongan, dan pertanyaannya adalah, siapa yang akan mengisi kekosongan ini?” Kata Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani, di Doha, dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (1/9/2021).
Qatar juga memberi peringatan kepada dunia untuk tidak mengisolasi Taliban.
“Kami percaya bahwa tanpa keterlibatan kami tidak dapat mencapai kemajuan nyata di bidang keamanan atau di bidang sosial ekonomi,” lanjut Al Thani.
Berbicara tentang peran selanjutnya Qatar di Afghanistan pasca-pendudukan AS, Al Thani mengatakan perlunya menciptakan pemerintahan yang inklusif.
“Adalah peran kami untuk selalu mendesak mereka [Taliban] untuk memiliki pemerintahan yang diperluas yang mencakup semua pihak dan tidak mengecualikan pihak mana pun,” katanya.
“Selama pembicaraan kami dengan Taliban, tidak ada tanggapan positif atau negatif,” ungkap Al Thani, mengacu pada pembicaraan baru-baru ini antara Qatar dan Taliban.
Al Thani menjelaskan, mengisolasi Taliban selama dua dekade terakhir telah menyebabkan situasi seperti saat ini, dan sekarang ada kebutuhan untuk memperluas niat baik dan memberikan lebih banyak manfaat ketimbang keraguan.