RIYADH (Arrahmah.id) – Putra seorang ulama saudi yang ditahan secara paksa sejak 2016 telah ditangkap kembali oleh pasukan keamanan.
Organisasi hak asasi yang berbasis di Inggris, Sanad mengatakan pada Sabtu (1/10/2022) bahwa pihak berwenang Saudi menahan Malik Al Dowaish kurang dari sebulan setelah dia dibebaskan dari penjara pada 2 September bersama saudaranya, Abdulwahhab Al Dowaish.
Kakak beradik ini dijebloskan ke penjara pada musim panas setelah berkampanye untuk pembebasan ayah mereka, Sulaiman Al Dowaish, seorang ulama yang ditahan pada April 2016 menyusul serangkaian tweet yang beliau posting.
Dalam sebuah artikel yang ditulis sebelum penangkapannya pada Juli dan diterbitkan oleh kelompok hak asasi yang berbasis di AS, DAWN, Malik menuduh pihak berwenang Saudi menyiksa ayahnya dan mendesak pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menekan pemerintah Saudi untuk membebaskannya.
“Pihak berwenang Saudi menculik, menyiksa, dan menahan paksa ayah saya, Sulaiman Al Dowaish, seorang ulama, pada 2016. Keluarga saya tidak mendengar kabar darinya sejak itu,” kata Malik dalam artikel yang diterbitkan pada Agustus.
“Saya berbicara dari rumah kami di Riyadh, di sini di Arab Saudi, dan bersedia menanggung akibat dari hal ini dan saya juga bersedia melakukan apa saja untuk pembebasan ayah dan saudara laki-laki saya.”
Penangkapan Sulaiman pada 2016 terjadi setelah beliau merangkum materi ceramah beberapa hari sebelumnya tentang cara membesarkan anak, yang dipandang sebagai kritik tidak langsung terhadap Raja Salman dan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Dalam tweet, Sulaiman memperingatkan bahaya memanjakan anak laki-laki dengan terlalu banyak hak istimewa tanpa pertanggungjawaban yang layak.
Sulaiman ditangkap di Mekah kemudian dibawa ke penjara tidak resmi yang terletak di ruang bawah tanah sebuah istana kerajaan di Riyadh yang berada dibawah kontrol pengawal Mohammed bin Salman, menurut laporan LSM MENA Rights dan ALQST.
Beliau diserang secara fisik di dada dan tenggorokan, hingga mengeluarkan darah dari mulut dan akhirnya jatuh pingsan. Beliau terakhir terlihat dalam tahanan pada 2018 dan belum pernah diadili di pengadilan.
Sejak mengambil kendali de-facto atas Arab Saudi pada musim panas 2017, Mohammed bin Salman tidak bisa menolerir perbedaan pendapat, bahkan ketika ia mendorong sejumlah liberalisasi.
Pada September 2017, pihak berwenang Saudi menangkap puluhan ulama, akademisi, dan aktivis independen, termasuk Salman Al Odah, seorang ulama terkemuka di dunia Arab yang diminta jaksa untuk dijatuhi hukuman mati.
Ratusan telah dieksekusi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022 saja, 120 eksekusi telah dilakukan. Pada bulan Maret, kerajaan mengeksekusi 81 orang dalam eksekusi massal terbesar dalam beberapa dekade.
Pejabat Saudi mengatakan kerajaan tidak memiliki tahanan politik. (ZarahAmala/Arrahmah.id)