(Arrahmah.id) – Putra Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengatakan ayahnya sudah tidak ada hubungannya lagi dengan Madrasah Luqmanul Hakim di Ulu Tiram, Johor, sejak kembali ke Indonesia pada 1999.
Saat dihubungi, Abdul Rahim Ba’asyir menjelaskan, ayahnya juga tidak memiliki hubungan dengan anggota keluarga penyerang yang baru berusia 21 tahun, yang tewas ditembak dalam insiden penyerangan Polsek Ulu Tiram baru-baru ini.
“Kami tidak mengenal mereka. Selama Ustadz Abu Bakar ada di sana (di Malaysia), mereka (keluarga tersangka) mungkin belajar ke dia, tapi dia tidak kenal satu per satu,” ujarnya kepada Malaysiakini (21/5/2024).
Abdul Rahim menegaskan, Ustadz Abu Bakar juga bukan pendiri yang mendirikan Madrasah Luqmanul Hakim melainkan hanya hadir jika diundang untuk menyelesaikan studi.
Bahkan, kata dia, Abu Bakar sudah tidak ada kontak lagi sejak kembali ke Indonesia dan madrasahnya juga ditutup.
“Siapapun yang ada di pondok, Ustadz Abu Bakar bukanlah pengelola pondok atau pendiri pondok.”
“Yang membangun pondok itu menganggap Ustadz Abu Bakar sebagai guru dan diminta untuk mengisi kajian,” jelasnya.
Hal itu diungkapkannya saat ditanya apakah Abu Bakar atau ahli warisnya ada hubungannya dengan keluarga tersangka penyerang kantor polisi.
Pasalnya, keluarga pemuda tersebut masih tinggal di kawasan madrasah yang ditutup selama 20 tahun terakhir.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah Johor kemungkinan akan membongkar Madrasah Luqmanul Hakim karena alasan keamanan.
Exco Urusan Agama Islam Johor, Mohd Fared Mohd Khalid mengatakan Dewan Agama Islam Johor dan polisi sudah mengambil keputusan tersebut.
Dalam laporan terpisah, Mohd Fared mengatakan pihaknya juga akan memeriksa status madrasah yang terlibat.
Dalam kejadian Jumat pekan lalu, dua anggota Polsek Ulu Tiram tewas dan satu orang luka-luka menyusul penyerangan yang mengguncang Malaysia.
Irjen Polisi Razaruddin Husain mengatakan, tersangka penyerangan tidak ada kaitannya dengan kelompok teroris.
Lebih lanjut Abdul Rahim menilai tidak tepat mengaitkan kejadian tersebut dengan keberadaan madrasah.
“Kami menganggap mengaitkan pondok itu dengan pembunuhan kemarin, itu tidak tepat. Pasti tidak ada bukti karena pondok itu sudah lama ditutup.”
“Kepala polisi Malaysia (Razarudin) sendiri sudah mengatakan bahwa itu adalah tindakan individu,” jelasnya.
Abu Bakar pernah tinggal di Malaysia, kemudian kembali ke Indonesia setelah rezim Soeharto tak lagi berkuasa. (haninmazaya/arrahmah.id)