BEIJING (Arrahmah.com) – Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman dituding menutup mata terhadap nasib umat Muslim Uighur di Cina ketika ia bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing.
Komunitas Uighur baik di dalam maupun di luar Cina telah mengharapkan bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi dan penjaga situs-situs paling suci umat Islam, untuk mengangkat isu pelanggaran HAM Cina terhadap etnis Uighur.
Sebaliknya, ia memilih untuk berpihak pada Cina.
“Kami menghormati dan mendukung hak China untuk mengambil tindakan anti-terorisme dan de-ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional. Kami siap memperkuat kerja sama dengan China,” kata bin Salman, menurut kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah Cina.
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama mengungkapkan bahwa otoritas Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp “pendidikan ulang politik”, menurut pejabat AS dan pakar PBB.
Dalam sebuah laporan September lalu, Human Rights Watch mengungkapkan bahwa pemerintah Cina melakukan “kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia” terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Menurut laporan setebal 117 halaman itu, pemerintah Cina melakukan “penahanan massal, penyiksaan dan penganiayaan” terhadap warga Muslim Uighur di wilayah tersebut.
(fath/arrahmah.com)