TRIPOLI (Arrahmah.com) – Setidaknya dua putra pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, sedang mengusulkan satu transisi menuju demokrasi konstitusional yang akan mencakup penyingkiran ayah mereka dari kekuasaan. Harian The New York Times melaporkan hal itu pada Minggu (3/4/2011) malam waktu AS.
Harian itu, mengutip seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya dan seorang pejabat Libya tentang rencana tersebut, mengatakan, transisi akan dipelopori oleh salah satu putra Gaddafi, yaitu Saif al-Islam el-Gaddafi yang merupakan doktor filsafat tamatan London School of Economics (LSE). Tidak jelas apakah Kolonel Gaddafi (68) telah menyetujui proposal yang dilaporkan didukung oleh anak-anaknya itu, yaitu Saif dan El-Saadi Gaddafi.
Namun, seorang yang dekat dengan kedua putra Gaddafi mengatakan, sang ayah tampaknya bersedia untuk mengikuti opsi tersebut. Kedua putranya itu “ingin bergerak menuju perubahan bagi negara” tanpa ayah mereka. The Times melaporkan hal itu, mengutip seorang yang dekat dengan Saif dan Saadi.
Sumber harian tersebut juga mengatakan, kedua putra Gaddafi telah menghadapi begitu banyak rintangan dengan ayahnya. Jika mereka mendapat lampu hijau dari sang ayah, maka “mereka akan membawa perubahan bagi negara itu dengan cepat”. Menurut The Times, gagasan tersebut mungkin mencerminkan perbedaan yang telah lama terjadi di antara para putra Gaddafi.
Menurut harian itu, Saif dan Saadi telah mengikuti arah ekonomi dan politik gaya Barat, sementara putra Gaddafi lainnya yang sempat diberitakan tewas bulan lalu, yaitu Khamis, dan
Mutuassim dianggap sebagai garis keras. Khamis memimpin milisi pro-pemerintah. Adapun Mutuassim yang merupakan seorang penasihat keamanan nasional telah dianggap sebagai saingan Saif dalam persaingan untuk menggantikan posisi ayah mereka. (kompas/arrahmah.com)