JOHANNESBURG (Arrahmah.id) – Hari-hari dominasi dolar AS dalam perdagangan di antara negara-negara BRICS tinggal menghitung hari, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (22/8/2023).
Putin mengatakan pada pertemuan puncak blok tersebut bahwa para anggota akan membahas peralihan perdagangan dari dolar ke mata uang nasional, dan Bank Pembangunan Baru BRICS akan memainkan peran kunci.
“Proses de-dolarisasi ikatan ekonomi kita yang obyektif dan tidak dapat diubah sedang mendapatkan momentum,” katanya.
Keamanan telah ditingkatkan di Johannesburg, tempat Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menjamu Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan sekitar 50 pemimpin lainnya.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Farhan bin Faisal memimpin delegasi Kerajaan di KTT tersebut, di mana blok negara berkembang besar berusaha untuk menegaskan suaranya sebagai penyeimbang tatanan internasional yang dipimpin Barat. Anggota BRICS – Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan – mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia.
Putin, yang tidak dapat hadir secara langsung karena surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional, menyampaikan pidato pada pertemuan puncak tersebut melalui video. Dia mengatakan blok tersebut bertujuan untuk memenuhi aspirasi sebagian besar penduduk dunia.
“Kami bekerja sama berdasarkan prinsip kesetaraan, dukungan kemitraan, menghormati kepentingan satu sama lain, dan ini adalah inti dari kursus strategis berorientasi masa depan dari asosiasi kami, kursus yang memenuhi aspirasi bagian utama komunitas dunia, the yang disebut mayoritas global,” katanya.
Terlepas dari penolakan Putin terhadap dolar, Presiden Brasil Lula da Silva mengatakan mata uang perdagangan BRICS akan ditujukan semata-mata untuk mengurangi perdagangan antara negara-negara berkembang. “Kami tidak ingin menjadi tandingan G7, G20 atau AS,” kata Lula. “Kami hanya ingin mengatur diri kami sendiri.”
Lula juga mengatakan mendukung negara lain bergabung dengan aliansi tersebut, menyebut Indonesia sebagai calon anggota baru.
KTT tiga hari ini akan mendengarkan seruan untuk lebih banyak kerja sama dan kolaborasi ekonomi di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan dan perubahan iklim – namun dengan meningkatnya sentimen bahwa negara-negara berkembang tidak dilayani oleh lembaga-lembaga yang dipimpin oleh Barat.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengadakan pembicaraan terpisah dengan Xi di Pretoria, dan mengatakan bahwa ia sedang mencari “dukungan Tiongkok untuk Afrika Selatan dan seruan Afrika untuk reformasi lembaga pemerintahan global, terutama Dewan Keamanan PBB.” (zarahamala/arrahmah.id)