MOSKOW (Arrahmah.com) – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Turki harus berada di antara negara-negara yang terlibat dalam pembicaraan untuk mengakhiri pertempuran di Nagorno-Karabakh, saat Azerbaijan dan Armenia saling menuduh satu sama lain menembaki warga sipil di dalam dan sekitar wilayah kantong pegunungan pada Kamis (29/10/2020).
Dengan lebih banyak pembicaraan damai yang dijadwalkan di Jenewa minggu ini, Uni Eropa mengatakan eskalasi konflik selama sebulan “tidak dapat diterima” dan menyerukan penyelesaian yang langgeng setelah runtuhnya tiga gencatan senjata.
Pertempuran itu menjadi yang terburuk di Kaukasus Selatan sejak sekitar 30.000 orang tewas dalam perang 1991-94 di Nagorno-Karabakh, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Ajudan presiden Azeri Hikmet Hajiyev mengatakan di Twitter bahwa seorang warga sipil tewas ketika rudal Armenia menghantam rumahnya di Tap, sebuah desa di utara Nagorno-Karabakh, lansir Reuters.
Kementerian pertahanan Azerbaijan sebelumnya mengatakan bahwa Armenia telah menembaki pasukan dan pemukiman sipil di sepanjang garis depan, menembaki kota Terter di dekatnya.
Ombudsman hak asasi manusia di Nagorno-Karabakh mengatakan lebih dari selusin peluru telah jatuh di Stepanakert, kota terbesar di wilayah tersebut, sehari setelah rumah sakit bersalin di sana dihantam. Dua warga sipil terluka.
Kementerian luar negeri Armenia mengatakan Stepanakert, dan kota Shushi dan Martakert, telah “diserang terus menerus”.
OSCE Minsk Group, yang telah memimpin pembicaraan damai, akan bertemu dengan menteri luar negeri Armenia dan Azeri di Jenewa hari ini (30/10), meskipun tidak ada yang mengonfirmasi bahwa menterinya akan melakukan perjalanan.
Tiga sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters, dengan syarat anonim, bahwa pembicaraan awal antara ketua bersama kelompok itu, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat sedang berlangsung.
Putin mengatakan pada Kamis bahwa “banyak negara, termasuk Turki dan sejumlah negara Eropa” harus bekerja sama untuk menemukan konsensus. Turki, sekutu Azerbaijan, menuntut suara yang lebih besar dalam pembicaraan.
“Tahap pertama adalah menghentikan pertempuran, menghentikan pembunuhan,” klaim Putin dalam forum investasi online Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)