MOSKOW (Arrahmah.com) – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (24/22/2015) menegaskan bahwa jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh jet Turki yang terbang di atas wilayah Suriah dan tidak menimbulkan ancaman kepada Turki.
“Pesawat kami ditembak jatuh di atas wilayah Suriah oleh rudal air-to-air dari jet F-16 Turki. Jet itu jatuh di wilayah Suriah empat kilometer dari perbatasan Turki,” kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi.
“Pilot kami dan pesawat kami tidak mengancam Turki dengan cara apapun.”
Putin juga mencap tindakan Turki yang menembak jatuh pesawat perang Rusia di perbatasan Suriah sebagai “menikam dari belakang” yang dilakukan oleh “kaki tangan teroris.”
“Menembak jatuh pesawat tempur adalah ‘menusuk dari belakang’ yang dilakukan oleh ‘kaki tangan teroris’,” kata Putin pada pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah II.
“Saya tidak bisa menyebut apa yang terjadi hari ini dengan hal lain.”
Selain itu, Presiden Putin mengatakan bahwa tindakan Turki yang menembak jatuh jet tempur Rusia di perbatasan Suriah akan memiliki “konsekuensi serius” terhadap hubungan Moskow dengan Ankara.
“Peristiwa tragis hari ini akan memiliki konsekuensi serius bagi hubungan Rusia-Turki,” kata Putin. “Kami tentu saja akan hati-hati menganalisis segala sesuatu yang telah terjadi.”
Sebelumnya, pemerintah Turki memanggil Duta Besar Rusia di Ankara untuk melayangkan protes atas serangan udara Rusia di desa Turkmen (etnis Turki), di Suriah Utara, dekat perbatasan Turki.
Dalam pernyataannya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Tanju Bilgic mengatakan, bahwa Ankara meminta Moskow untuk mengakhiri operasi udara secepatnya.
“Tindakan Rusia bukan perang melawan teror, tapi pengeboman desa Turkmen dapat menyebabkan konsekuensi serius,” kata Bilgic seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (21/11).
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengaku telah melakukan kontak dengan Rusia terkait hal yang sama dan menyatakan protesnya.
“Tidak ada yang bisa melegitimasi pembantaian yang menargetkan Turkmen, di sana ada saudara-saudara kami, orang-orang Arab dan Kurdi, dengan klaim memerangi teror,” tegas Davutoglu.
Kejadian ini bukanlah yang pertama kalinya. Saat awal-awal melakukan operasi udara di Suriah, jet-jet tempur Rusia tercatat beberapa kali melakukan pelanggaran batas wilayah yang membuat Turki marah.
(ameera/arrahmah.com)