TRIPOLI (Arrahmah.com) – Putera sulung Muammar Gaddafi, Saif al-Islam, telah mengklaim bersekutu dengan sejumlah kelompok Islam yang yang sebelumnya ia cap sebagai konspirator pemberontakan yang telah berlangsung lima bulan di Libya, Guardian melansir pada Jumat (5/8/2011).
Klaim ini diambil setelah lima bulan pemberontakan yang menyudutkan ia dan ayahnya.
Di tengah kebingungan dalam menghadapi berbagai tekanan, ia mengklaim siap untuk membantu kelompok-kelompok Islam untuk menggulingkan gerakan-gerakan sekuler di Libya dan bahkan menyarankan agar Libya muncul sebagai negara Islam.
“Anda ingin membuat kami kompromi? Baiklah,” katanya dalam sebuah wawancara dengan New York Times. “Anda ingin kami berbagi tempat? Baiklah. Tapi dengan siapa? Para Islamis adalah kekuatan nyata di lapangan.”
Saif al-Islam, yang hanya dua kali mau diwawancarai sejak pemberontakan di Libya pada bulan Februari, telah mengubah penampilannya. Dia mengenakan janggut yang selama ini dicitrakan sebagai karakteristik dari salafi fundamentalis, atau interpretasi Wahabi Islam selama wawancara, dan dilaporkan membawa tasbih.
Sebelum pemberontakan berlangsung, ia sering terlihat di klub-klub dan hotel elit di Eropa.
“Orang-orang sekuler … tidak punya tempat di Libya,” bualnya mengutip seorang tokoh Islam, Ali Sallabi.
“Sekulerisme adalah musuh kita bersama,” lanjutnya.
Di Misrata, banyak yang mengatakan komentar Saif al-Islam itu merupakan pengakuan bahwa Tripoli mendukung terorisme. “Kami telah mengatakan sebelumnya, kami mengatakan kepada seluruh dunia, Gaddafi ada di balik setiap kelompok teroris,” kata Khalid Alwafi, seorang pengacara kriminal dan penyidik kejahatan perang. “Sekarang dia telah mengakui sendiri, melalui anaknya.”
Pemberontak lainnya mengatakan mereka yakin bahwa rezim Gaddafi yang dulunya telah secara terbuka menyalahkan pemberontakan Al-Qaeda dan fundamentalis Islam, telah berbalik arah dengan merangkul mereka. (althaf/arrahmah.com)