JAKARTA (Arrahmah.com) – Main tangkap terhadap 15 petani dan penambang emas yang ternyata tidak terbukti terkait terorisme di Poso menjadi bukti bahwa kepolisian berorientasi untuk mendapatkan dana dari Amerika Serikat terkait aksi perang melawan terorisme.
Penegasan itu disampaikan Direktur Pencegahan Penistaan Agama dan Anti-diskriminasi Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (Pushami), KL Pambudi seperti dilansir itoday (28/12). “Kepolisian, khususnya Densus 88 memang kejar target untuk mendapatkan dana dari AS. Dalam hal ini harus dibuat laporan bahwa ada beberapa kasus teroris yang ditangani,” tegas KL Pambudi.
Menurut KL Pambudi, dana operasional Densus 88 tidak kecil. Dana Densus 88 sendiri tidak ada transparansi. “Untuk target itu, Densus 88 berupaya mengecap beberapa warga sipil dengan cap teroris. Setelah itu dibuat laporan, bahwa Densus 88 telah bekerja. Mereka bekerja hanya mengejar target. Densus 88 membuat tuduhan teroris agar dana-dana tercover,” ungkap KL Pambudi.
KL Pambudi mengungkapkan, ada persamaan modus Densus 88 di Indonesia dengan kepolisian di Filipina. “Modus operasinya sama, mereka juga mendapatkan dana dari AS, untuk kontra terorisme. Yang kita sesalkan, aksi teror yang benar-benar bersenjata dan membunuh polisi, mereka tidak berani. Ini sangat memalukan,” tegas KL Pambudi.
Terkait kerja serampangan Densus 88, KL Pambudi menyebut kejadian salah tangkap terduga teroris di Palmerah, sebagai salah satu contoh. “Saat Idul Adha, di Palmerah, Densus 88 salah tangkap. Rekan-rekan Tim Pembela Muslim (TPM) akhirnya membebaskan tiga korban salah tangkap itu. Itu salah satu bukti kerja Densus 88 yang serampangan, hanya kejar target laporan ke AS bahwa ada teroris yang ditangkap,” pungkas KL Pambudi.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah petani dan penambang emas tradisional warga Desa Kalora dan Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, mengaku disiksa dan dianiaya oleh anggota Polres Poso. Para petani itu dianiaya selama ditahan di Mapolres Poso saat dimintai keterangan pasca penembakan empat anggota Brimob Polda Sulteng di Poso. (bilal/arrahmah.com)