PARIS (Arrahmah.com) – Pemerintah Prancis dan beberapa tokoh Muslim Prrancis menyetujui penataan hubungan antara Islam dan negara. Piagam prinsip ini terutama ditujukan untuk memerangi sektarianisme dan ajaran radikal.
Isi piagam itu juga memberikan kewenangan kepada Dewan Nasional Imam untuk memeriksa para imam yang akan bertugas di negara tersebut.
“Ini adalah komitmen yang jelas, tegas, dan tepat untuk mendukung republik,” kata Macron, dilansir AFP, Senin (18/1/2021).
Dia menilai, substansi piagam prinsip merupakan teks yang benar-benar mendasar untuk menata hubungan antara negara dan masyarakat Muslim di Perancis.
Pasca-kerusuhan November lalu, yang terjadi setelah pembunuhan Samuel Paty karena korban memperlihatkan kartun Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam di ruang kelas sebagai bagian dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara, Presiden Macron mendesak Dewan Keimanan Muslim Perancis (CFCM) untuk bertindak terhadap kelompok-kelompok Islam politik.
Pembunuhan Paty juga memicu tindakan keras terhadap sejumlah masjid, asosiasi Muslim, serta para pengurusnya yang dinilai memiliki paham radikal dan bahkan dinilai menjadi basis kelompok ekstremis.
Dalam pernyataan yang dirilis kantor kepresidenan, Macron seusai pertemuan dengan CFCM menyebutkan, substansi piagam menawarkan klarifikasi tentang bagaimana komunitas Muslim bisa dikelola. Presiden CFCM Mohammed Mussaoui menyatakan, piagam yang berisi 10 hal itu menyatakan dengan jelas bahwa prinsip keimanan seorang Muslim sangat sesuai dengan prinsip-prinsip republik.
Isi piagam itu sendiri disepakati setelah utusan pemerintah dan anggota dewan mengadakan pertemuan selama berminggu-minggu, pasca-pembunuhan Paty. Dalam pertemuan Sabtu (16/1), Pemerintah Perancis yang diwakili Menteri Dalam Negeri Gerald Darmain dan anggota CFCM sepakat tentang isi piagam.
Moussaoui mengatakan, delapan federasi CFCM, yang mewakili berbagai kelompok Islam, menyetujui piagam tersebut. Namun, masih ada tiga kelompok lagi belum menandatangani kesepakatan tersebut.
“Mereka membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk menjelaskan apa artinya (piagam itu) bagi pengikut mereka,” ujarnya.
Seorang pejabat di lingkaran istana kepresidenan mengatakan, beberapa anggota CFCM yang keberatan dengan “restrukturisasi” Islam agar sesuai dengan hukum dan nilai-nilai Perancis.
Hakim El Karoui, seorang penulis dan ahli Islam di Perancis, menyebut niat penandatanganan piagam itu sebagai sebuah hal yang terpuji. Tetapi, dia juga menyoroti ketegangan internal CFCM, terutama karena lima asosiasi dibiayai oleh negara asing dan tiga federasi yang berhaluan Islamis.
Franck Fregosi, seorang pakar Islam di lembaga penelitian CNRS, mengatakan bahwa tidak ada negara lain dan juga tidak ada agama lain di Prancis yang memiliki piagam yang sebanding. “Saya tidak yakin bahwa teks ini, bahkan setelah ditandatangani, akan mendapat dukungan luas dari Islam di lapangan,” katanya.
Komikus asal Prancis Noredine Allam, Greg Blondin, dan Karim Allam yang membuat serial komik “The Muslim Show”, dalam foto 10 Maret 2014. Komik ini menggambarkan kehidupan Muslim di negara Barat dengan cara humoris dan sederhana.
Imam masjid di kota barat daya Bordeaux, Tariq Oubrou, mengatakan bahwa piagam itu telah dikembangkan dari belakang ke depan. “Seharusnya ulama dan teolog Muslim yang menulis teks, lalu menyerahkannya ke CFCM, bukan sebaliknya,” katanya. (Hanoum/Arrahmah.com)