IDLIB (Arrahmah.com) – Puluhan tenaga medis di Idlib melakukan aksi protes atas dipilihnya Suriah menjadi bagian dewan eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia WHO (31/5/2021).
Mereka mengatakan rezim Asad tidak pantas masuk dewan eksekutif WHO karena bertanggung jawab atas pemboman rumah sakit dan klinik di seluruh wilayah yang sedang dilanda perang.
Rifaat Farhat, seorang pejabat kesehatan senior di Idlib, mengatakan langkah itu bertentangan dengan semua hukum internasional dan kemanusiaan.”
Suriah termasuk di antara 12 negara anggota WHO yang dipilih untuk menduduki 34 kursi dewan eksekutif WHO.
Pengangkatan ini pun itu disorot kelompok advokasi UN Watch, yang kerap menilai kebijakan-kebijakan bermasalah dari badan dunia dan organisasi afiliasinya seperti WHO.
“Kami menolak gagasan bahwa pembunuh dan penghancur rumah sakit rdiangkat di dewan eksekutif,” bunyi spanduk yang dibawa oleh beberapa pengunjuk rasa di Idlib, seperti dilansir Al Arabiya News (31/5).
Perang Suriah telah menyebabkan setengah juta orang tewas dan mengusir jutaan orang dari negara itu sejak konflik meletus pada tahun 2011.
Penyelidik yang bekerja untuk badan hak asasi manusia utama PBB dan kelompok advokasi internasional telah melaporkan bahwa pemerintah Asad dan sekutunya – seperti Rusia dan Iran — bertanggung jawab atas penghancuran fasilitas perawatan kesehatan selama hampir satu dekade.
Ratusan fasilitas medis telah dibom, kebanyakan dilakukan oleh serangan udara rezim Suriah.
Separuh rumah sakit dan pusat kesehatan hanya berfungsi sebagian atau tidak berfungsi sama sekali, sementara 70 persen tenaga medis telah meninggalkan negara tersebut.
Seruan darurat WHO untuk Suriah yang dikeluarkan pada bulan Maret mengatakan setidaknya 12,4 juta orang membutuhkan bantuan di Suriah, namun ironisnya infrastruktur layanan kesehatan seperti rumah sakit dan pusat perawatan kesehatan dalam keadaan rusak. (hanoum/arrahmah.com)