KABUL (Arrahmah.com) – Serangan udara mematikan yang melanda sebuah rumah sakit di ibukota provinsi Kunduz Afghanistan merupakan sebuah kesalahan, ungkap komandan pasukan internasional AS di Afghanistan, sebagaimana dilansir oleh Al Jazeera, Rabu (7/10/2015).
Jenderal Militer AS John Campbell mengatakan dalam kesaksiannya pada Selasa (6/10) kepada Komite Senat Angkatan Bersenjata bahwa keputusan untuk melaksanakan aksi serangan itu dibuat dalam rantai komando AS.
“Untuk memperjelas, keputusan untuk memberikan serangan udara adalah keputusan AS yang dibuat dalam rantai komando AS,” kata Campbell.
“Menyerang sebuah rumah sakit adalah kesalahan. Kami tidak akan pernah sengaja menargetkan fasilitas medis yang dilindungi.”
Serangan udara AS yang menghantam rumah sakit yang dikelola oleh Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres (MSF) pada Sabtu (3/10) menyebabkan 22 orang tewas dan memicu kemarahan para sukarelawan yang tergabung dalam MSF.
MSF dengan tegas menyalahkan AS dalam insiden tersebut dan menyebutnya sebagai kejahatan perang.
Mereka meminta untuk dilakukan penyelidikan untuk menyelidiki malapetaka tersebut.
Sebelumnya, Campbell sempat memberikan pernyataan bahwa serangan waktu itu merupakan permintaan dari pasukan Afghanistan yang ingin menyerang pasukan Taliban di Kunduz.
Menanggapi pernyataan Campbell, seorang pasukan militer Afghanistan membantah bahwa pasukannya yang meminta AS untuk menyerang rumah sakit tersebut.
Komandan pasukan khusus Afghanistan di Kunduz, Abdullah Guard, mengatakan bahwa pasukannya saat itu dalam keadaan terdesak.
“Sangat mungkin jika kami meminta serangan udara untuk menyerang posisi musuh, tetapi itu tidak berarti kami meminta untuk mengebom sebuah rumah sakit,” kata Abdullah Guard kepada Reuters, sebelum Campbell memberikan laporan kepada Komite Senat.
Wartawan Al Jazeera, Rosiland Jordan, melaporkan dari Washington, mengatakan bahwa insiden tersebut mencoreng wajah militer AS.
MSF mengatakan pada Ahad (4/10) bahwa mereka telah menutup rumah sakit di Kunduz, yang dianggap sebagai garis hidup di wilayah yang babak belur oleh perang dimana kondisi perawatan medis sangat kurang.
Lembaga amal itu mengatakan bahwa meskipun telah dilakukan panggilan genting kepada pejabat militer di Kabul dan Washington bahwa serangan itu menyasar rumah sakit, pasukan AS tetap menyerang rumah sakit itu berulang kali selama lebih dari satu jam.
AS telah di bawah tekanan internasional yang kuat setelah menuai kecaman global pasca insiden mematikan itu, yang dijuluki sebagai kejahatan perang.
(ameera/arrahmah.com)