DHAKA (Arrahmah.com) – Puluhan ribu orang menentang lockdown nasional di Bangladesh pada hari Sabtu (18/4/2020) untuk menghadiri pemakaman seorang ulama terkemuka, bahkan ketika pihak berwenang memerangi lonjakan kasus virus.
Polisi telah setuju dengan keluarga Jubayer Ahmad Ansari, bahwa hanya 50 orang yang akan menghadiri pemakaman di kota Sarail di timur karena risiko penyebaran wabah penyakit mematikan ini.
Tetapi kepala polisi setempat Shahadat Hossain mengatakan para petugas tidak berdaya untuk menghentikan massa yang datang untuk menghormati ulama dan kepala madrasah, yang meninggal pada hari Jumat (17/4).
“Orang-orang datang dalam gelombang yang tak dapat dihentikan,” katanya kepada AFP.
Penyelenggara mengatakan sekitar 100.000 menghadiri pemakaman. Pembantu Perdana Menteri Sheikh Hasina, Shah Ali Farhad, juga mengatakan lebih dari 100.000 hadir.
Bangladesh memberlakukan penguncian nasional pada 26 Maret karena virus corona menyebar di seluruh negeri yang berpenduduk 168 juta orang ini.
Departemen kesehatan mengatakan jumlah kasus telah meningkat lebih dari 300 pada hari Sabtu (18/4) menjadi sekitar 2.200, sementara sembilan kematian lainnya dalam satu hari menjadikan 84 kasus.
Pihak berwenang telah melakukan beberapa tes dan para ahli mengatakan jumlah kasus lebih tinggi daripada yang diakui secara resmi.
Peraturan baru melarang lebih dari lima orang untuk ikut sholat di 300.000 masjid di negara itu.
Perdana menteri telah meminta warga Bangladesh untuk menunaikan shalat tarawih di rumah ketika Ramadhan dimulai bulan ini. Tetapi sekelompok ulama berpengaruh telah meminta umat Islam untuk datang ke masjid untuk berdoa setiap hari.
Bulan lalu setidaknya 25.000 orang menghadiri istighasah di sebuah lapangan di kota selatan Raipur untuk meminta agar negara mereka bersih dari virus mematikan itu. (Althaf/arrahmah.com)