DARAYA (Arrahmah.com) – Middle East Eye menerbitkan surat permohonan pada Senin (22/8/2016) yang ditandatangani oleh 34 perempuan yang tinggal di dalam dan luar kota Suriah yang terkepung, Daraya, yang mendesak masyarakat internasional untuk campur tangan dan menghentikan penggunaan napalm oleh pasukan rezim Asad di kota tersebut.
Surat berjudul: “Dalam napalm dan kelaparan: Sebuah surat terbuka kepada dunia dari perempuan Daraya”, menjelaskan bagaimana rezim Asad telah mengepung dan membombardir kota, termasuk memanfaatkan napalm, senjata kimia yang dilarang oleh hukum internasional. Para penulis menguraikan penggunaannya terhadap warga sipil, termasuk pemboman napalm di rumah sakit yang benar-benar tidak manusiawi.
Di atas serangan napalm, perempuan Daraya juga menjelaskan bagaimana Asad telah membombardir dan memotong akses ke kebutuhan dasar seperti makanan dan listrik selama bertahun-tahun, menggunkan kelaparan sebagai senjata, lansir MEE.
“Pada awal 2013, rezim memutus Daraya dari semua layanan dasar-listrik, air untuk minum dan keperluan rumah tangga dan komunikasi. Sepanjang pengepungan, pasukan rezim menggunakan kelaparan sebagai senjata. Sekarang, anak-anak dan orang dewasa sama-sama menderita gizi buruk,” tulis surat tersebut.
“Selama lebih dari dua bulan, penduduk Daraya hidup setiap harinya dengan menyaksikan pemboman terus-menerus oleh pasukan rezim. Kami telah menghitung senjata yang digunakan: 1.805 bom barel dan 729 misil ledakan tinggi. Ini membakar lahan pertanian dan tanaman yang menjadi sumber makanan tunggal untuk warga yang terkepung,” tambah surat itu.
Dengan pelanggaran yang dilakukan rezim, para perempuan ini menyeru masyarakat internasional untuk bergerak, melakukan tindakan untuk menghentikan Asad.
Daraya memiliki populasi 80.000 orang sebelum perang, tetapi telah menurun 90 % dengan penduduk yang tersisa menderita kekurangan pangan dan kekurangan gizi.
Sebelumnya pada April, 47 perempuan di kota Suriah tersebut telah mengirimkan surat terbuka yang mengatakan bahwa mereka di ambang menyaksikan anak-anak dan keluarganya mati kelaparan jika bantuan tidak masuk ke wilayah mereka dengan segera. (haninmazaya/arrahmah.com)