KABUL (Arrahmah.id) — Puluhan perempuan Afghanistan menggelar demonstrasi menuntut pemenuhan hak-hak mereka, terutama di bidang pendidikan, Ahad (29/5/2022).
“Pendidikan adalah hak saya! Buka kembali sekolah!” teriak para perempuan Afghanistan dalam aksi mereka di depan gedung Kementerian Pendidikan, lansir Al Arabiya (30/5).
“Kami ingin membacakan sebuah deklarasi, tapi Taliban tidak mengizinkannya. Mereka mengambil ponsel milik beberapa gadis serta mencegah kami mengambil foto atau video aksi protes kami,” ujar Zholia Parsi, salah satu perempuan Afghanistan yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.
Setelah menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, para peserta aksi bubar secara damai.
Baru-baru ini, Taliban menolak seruan Dewan Keamanan PBB untuk mencabut pembatasan yang diterapkan pada kaum perempuan di Afghanistan, termasuk dalam hal akses pendidikan, kebebasan bergerak, dan pekerjaan.
Taliban beralasan bahwa kebijakannya tersebut sesuai dengan ketentuan agama dan budaya lokal Afghanistan.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Taliban mengatakan, keprihatinan Dewan Keamanan atas kehidupan kaum perempuan di Afghanistan tidak berdasar. Taliban turut mempertanyakan mengapa mereka harus mencabut peraturan tentang kewajiban mengenakan burqa bagi perempuan Afghanistan.
“Karena masyarakat Afghanistan mayoritas Muslim, pemerintah Afghanistan menganggap ketaatan jilbab Islam sejalan dengan praktik agama dan budaya masyarakat,” kata Kemenlu Taliban, Jumat (27/5) lalu.
Pada Selasa (24/5) lalu, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi resolusi berisi kritikan terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Resolusi itu menyoroti dibatasinya perempuan Afghanistan memperoleh pendidikan, mengakses pekerjaan di pemerintahan, dan kebebasan bergerak.
Dewan Keamanan PBB meminta Taliban segera mencabut kebijakan dan praktik yang saat ini membatasi hak asasi manusia (HAM) serta kebebasan mendasar kaum perempuan, termasuk anak perempuan, di Afghanistan. Mereka juga menyerukan Taliban membuka kembali semua sekolah untuk seluruh siswi di negara tersebut. (hanoum/arrahmah.id)