LIBYA (Arrahmah.com) – Sedikitnya 43 pengungsi tewas dalam kapal karam di lepas pantai Libya, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) (20/1/2021).
Peristiwa ini menjadi peristiwa tragis pertama pada tahun 2021 di Mediterania Tengah sejak 2014.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis Rabu (20/1), seperti dikutip dari Al Jazeera, IOM dan UNHCR mengatakan kapal itu berlayar dari kota Zawiya pada dini hari Selasa dan dilaporkan tenggelam karena cuaca buruk hanya beberapa jam kemudian.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa ada sekitar 10 orang yang selamat dan dibawa ke darat oleh otoritas Libya. Kebanyakan dari mereka berasal dari Pantai Gading, Nigeria, Ghana dan Gambia.
Saat ini, Libya menjadi pintu gerbang utama bagi para migran dan pengungsi Afrika yang berharap bisa mencapai Eropa.
Konflik di negara-negara Afrika membuat warga yang terjebak konflik nekad menyebrangi lautan.
Rute Mediterania Tengah digambarkan oleh UNHCR sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia. Satu dari enam orang yang meninggalkan pantai Afrika Utara ditemukan meninggal.
Banyak kapal yang digunakan di antaranya perahu karet tipis atau perahu nelayan reyot yang kemudian penuh sesak dengan para migran yang berharap mendapatkan suaka.
Sejak Februari 2017, setidaknya 36.000 orang telah dicegat oleh penjaga pantai Libya dan dikembalikan ke negara Afrika Utara itu, menurut data PBB.
Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 90 juta euro ($ 100 juta) untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya untuk menghentikan penyeberangan.
Investigasi Associated Press mengungkapkan Uni Eropa mengirim lebih dari 327,9 juta euro ($ 373,8 juta) ke Libya, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.
Negara-negara Uni Eropa seperti Italia dan Malta telah sering menolak izin berlabuh ke kapal penyelamat kemanusiaan.
Menurut data kementerian dalam negeri Italia, telah terjadi peningkatan jumlah orang yang mencoba mencapai Italia dengan setidaknya 31.000 kedatangan pengungsi pada tahun 2020, dibandingkan dengan hampir 10.000 orang pada periode yang sama tahun lalu. (Hanoum/Arrahmah.com)