YERUSALEM (Arrahmah.id) – Puluhan pemuda Palestina dari kamp pengungsi Shuafat, di utara Yerusalem yang diduduki, terpaksa mencukur seluruh rambut mereka untuk mengecoh pasukan “Israel” yang mencari seorang pemuda Palestina yang diduga membunuh tentara “Israel” dan melukai dua lainnya.
Pada 8 Oktober, seseorang mendekati tentara “Israel” di pos pemeriksaan Shuafat dan melepaskan tembakan dari jarak dekat, menewaskan Sersan Noa Lazar yang berusia 18 tahun. Dua personel keamanan “Israel” lainnya terluka.
Pihak berwenang “Israel” mengklaim bahwa Udai Tamimi, seorang warga Palestina berusia 21 tahun, adalah pelaku serangan berdasarkan CCTV wilayah tersebut dan menangkap beberapa kerabat Tamimi.
Pasukan “Israel“ juga memberlakukan penutupan penuh selama enam hari di kamp Shuafat dengan dalih bahwa Tamimi bersembunyi di kamp padat penduduk, rumah bagi lebih dari seratus ribu warga Palestina. Namun, tentara “Israel” belum berhasil menangkap Tamimi.
Berbicara kepada The New Arab, penduduk kamp Shuafat mengatakan bahwa pasukan “Israel” sedang memeriksa identitas setiap pria dengan kepala dicukur karena Udai diketahui telah mencukur rambutnya.
Sebagai akibat dari tindakan ini, para pemuda di kamp merespon dengan mencukur rambut mereka untuk mengecoh pasukan Israel dan membiarkan Tamimi memiliki lebih banyak waktu untuk tetap bersembunyi di kamp sampai dia dapat melarikan diri sesegera mungkin.
Untuk mendorong orang lain melakukan hal yang sama, beberapa pemuda mendokumentasikan diri mereka mencukur rambut mereka dan memposting video mereka di platform media sosial Facebook, Instagram dan Twitter.
“Kami bermaksud mengecoh pasukan “Israel” agar mereka tidak menangkap pahlawan ikonik kami,” Mohammed Al Khatib, seorang pemuda kamp Shuafat, yang terlibat dalam kampanye ini mengatakan kepada The New Arab. “Bahkan jika “Israel” muncul di dunia sebagai salah satu negara terkuat, kami akan menciptakan metode baru untuk melawan pendudukan mereka.”
“Kami tidak tahu di mana Tamimi bersembunyi, tetapi kami akan melakukan yang terbaik untuk membantunya dengan cara kami sendiri,” tambah Khatib, menekankan bahwa “rakyat Palestina memiliki hak penuh untuk melindungi diri mereka sendiri dan mereka yang dicari oleh otoritas Israel”.
Bagi warga Palestina yang telah melawan “Israel” selama beberapa dekade, hal ini bukan pertama kalinya ada kampanye untuk menyesatkan “Israel” dan mencegah pasukannya menyerang atau menangkap orang-orang yang disebut buronan Palestina, menurut Al Khatib.
Pada 1936, terutama selama revolusi rakyat Palestina melawan kolonialisme Inggris, para pemuda mengenakan kafiyeh Palestina untuk menyesatkan tentara Inggris dan mencegah mereka menangkap kaum revolusioner.
Warga Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza memuji inisiatif tersebut dan menganggapnya sebagai salah satu bentuk perlawanan paling kreatif yang “akan melelahkan tentara pendudukan dan membuat tugas mereka lebih sulit di kamp Shuafat.”
“Orang-orang Palestina di mana pun dapat melakukan yang terbaik untuk membela hak-hak mereka dan melindungi pahlawan mereka dari penjajah “Israel”,” kata Sari Jaradah, seorang pria Palestina yang tinggal di Hebron, kepada The New Arab. “Sepanjang waktu, kami dapat membuktikan bahwa kami memiliki hak penuh untuk mempertahankan tanah dan rakyat kami dengan berbagai cara.”
“Baik Udai maupun pendukungnya bukan milik faksi Palestina tertentu, mereka milik identitas nasional Palestina,” tambahnya.
Sementara itu, Khaled Safi, seorang pemuda yang tinggal di Gaza, mengatakan kepada The New Arab bahwa “selama pendudukan “Israel”, kami memiliki hak untuk menghadapi tentara “Israel” di mana-mana.”
“Udai telah melakukan aksi heroik sebagai tanggapan atas pelanggaran Israel yang sedang berlangsung terhadap kami, maka kami mendukungnya dengan meluncurkan inisiatif kreatif untuk melindunginya dari penangkapan atau bahkan dari pembunuhan “Israel”,” kata pria 35 tahun tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)