NEW DELHI (Arrahmah.com) – Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah menjanjikan “respons kuat” terhadap pemboman di Kashmir yang menewaskan sedikitnya 42 tentara, dimana New Delhi menyerukan “isolasi penuh Pakistan” karena menyembunyikan kelompok bersenjata di balik serangan yang menghancurkan tersebut.
“Kami akan memberikan jawaban yang sesuai,” kata Modi dalam pidatonya pada Jumat pagi (14/2/2019), segera setelah ia memanggil penasihat keamanannya untuk mempertimbangkan tanggapan terhadap serangan terburuk terhadap pasukan keamanan India dalam beberapa dekade.
“Mereka yang melakukan tindakan keji ini akan membayar mahal. Mereka yang mendukungnya pasti akan dihukum,” katanya seperti dikutip oleh surat kabar Indian Express.
“Jika tetangga kita berpikir hal itu bisa membuat India tidak stabil, maka mereka membuat kesalahan besar.”
Serangan Kamis (13/2) diklaim oleh Jaish-e-Mohammad (JeM) yang berbasis di Pakistan, segera setelah seorang pemberontak Kashmir menabrak sebuah mobil yang sarat bahan peledak ke dalam bus yang membawa personel Pasukan Polisi Cadangan Sentral (CRPF).
Pemboman itu telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara tetangga yang sudah bermusuhan di Asia Selatan itu, yang keduanya memerintah sebagian Kashmir yang mayoritas Muslim dan mengklaim seluruh wilayah itu sebagai milik mereka.
Pakistan telah membantah keterlibatannya dan memperingatkan India agar tidak menghubungkannya dengan serangan itu, tetapi Arun Jaitley, menteri luar negeri India, mengatakan ada “bukti yang tak terbantahkan” tentang keterlibatan Islamabad dalam serangan mengerikan ini.
Jaitley menambahkan bahwa India akan memastikan “isolasi penuh Pakistan dari komunitas internasional”. Langkah pertama, katanya, India menghapus hak-hak istimewa Pakistan di bawah aturan Organisasi Perdagangan Dunia.
Sementara itu, ketika tuntutan untuk membalas dendam membanjiri media sosial India, menlu memanggil utusan Pakistan, Sohail Mahmood, dan menyerahkan pemberitahuan diplomatik yang menuntut Islamabad mengambil tindakan terhadap JeM.
Meski demkian, Islamabad telah menolak tuduhan India terkait serangan itu, yang disebutnya sebagai “keprihatinan serius”.
“Kami sangat menolak sindiran oleh unsur-unsur di pemerintah India dan kalangan media yang berusaha menghubungkan serangan itu dengan Pakistan tanpa penyelidikan,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (14/2).
Islamabad sebelumnya membantah tuduhan New Delhi bahwa mereka memberikan bantuan materi kepada kelompok-kelompok bersenjata yang memerangi kekuasaan India di Kashmir.
Menurut Islamabad, pihaknya hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik kepada rakyat Kashmir dalam perjuangan mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Sementara itu, pemerintah India mendesak PBB untuk mendaftarkan kepala JeM, Masood Azhar, sebagai “teroris”.
Dalam pernyataan beberapa jam setelah serangan itu, kementerian luar negeri India menuduh pemerintah Pakistan mengizinkan Azhar “untuk mengoperasikan dan memperluas infrastruktur terornya di wilayah di bawah kendali Pakistan dan untuk melakukan serangan di India dan di tempat lain dengan impunitas”.
Cina, sekutu Pakistan, sebelumnya memblokir Azhar dalam daftar sanksi Dewan Keamanan PBB.
Keberadaan pemimpin JeM masih belum diketahui; dia tidak didakwa melakukan kejahatan di Pakistan dan tidak pernah tampil di muka umum sejak dia ditahan di sana pada tahun 2016.
Pada saat yang sama, Cina menyatakan, Jumat (14/2) bahwa pihaknya “sangat terkejut” oleh serangan Kashmir.
Namun Geng Shuang, juru bicara kementerian luar negeri Cina menolak untuk menjawab pertanyaan wartawan tentang Azhar. Ia berkilah Beijing “akan melakukan komunikasi erat mengenai hal ini dengan semua pihak terkait, termasuk India”.
Gedung Putih mendesak Pakistan dalam sebuah pernyataan “untuk segera mengakhiri dukungan dan perlindungan bagi semua kelompok teroris yang beroperasi di tanahnya”.
Serangan itu memperkuat tekad AS untuk meningkatkan kerja sama kontraterorisme dengan India, katanya. (Althaf/arrahmah.com)