BAGHDAD (Arrahmah.com) – Demonstrasi anti-pemerintah yang kembali merebak di Irak telah mencengkeram ibu kota, Baghdad, dan menyapu beberapa kota lain di selatan negara itu, menewaskan sedikitnya 30 orang, menurut komisi hak asasi manusia negara itu dan sebuah kelompok pemantau.
Protes pada Jumat (25/10/2019) terjadi tiga minggu setelah serangan sebelumnya meletus sebagai akibat dari kemarahan luas terhadap korupsi para pejabat, pengangguran massal dan kegagalan layanan publik. Lebih dari 150 orang tewas dalam demonstrasi itu di tengah tindakan keras oleh pasukan keamanan, lansir Al Jazeera.
Polisi Irak menembakkan peluru karet dan gas air mata sebagai tanggapan atas protes baru, dengan setidaknya 30 kematian dicatat di Baghdad dan provinsi selatan Basra, Maysan, Dhi Qar dan Muthanna, menurut Observatorium Irak untuk Hak Asasi Manusia.
Komisi Hak Asasi Manusia Irak juga menyatakan jumlah korban tewas mencapai 30, dan mengatakan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa telah terluka.
Kekacauan yang sedang berlangsung telah menghancurkan hampir dua tahun “ketenangan” di Irak, yang dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami invasi Amerika Serikat dan pertempuran yang berkepanjangan, termasuk terhadap Daulah Islamiyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan ISIS.
Demonstrasi telah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi yang telah berusia setahun, yang berjanji akan mengatasi keluhan para demonstran dengan merombak kabinetnya dan memberikan paket reformasi.
Namun, langkah-langkah tersebut tidak banyak membantu memadamkan para demonstran, yang kemarahannya tidak hanya terfokus pada pemerintahan Abdul Mahdi tetapi juga terhadap politik Irak yang lebih luas, yang mereka katakan telah gagal meningkatkan kehidupan warga negara.
Banyak yang memandang elit politik telah tunduk pada sekutu utama Irak, AS dan Iran -kekuatan yang mereka yakini lebih mementingkan pengaruh regional daripada kebutuhan rakyat Irak biasa.
Hampir tiga perlima dari 40 juta penduduk Irak hidup dengan kurang dari enam dolar sehari, menurut angka Bank Dunia, meskipun negara itu memiliki cadangan minyak terbesar kelima di dunia. (haninmazaya/arrahmah.com)