SURABAYA (Arrahmah.com) – Siapalah yang tahu kapan dan bagaimana dirinya akan mati. Kematian yang merupakan episode terakhir dari hidup, malah ditutup dengan perbuatan maksiat yang berakibat su’ul khoimah, mati dalam kondisi maksiyat kepada Allah.
Puluhan orang mati konyol menenggak minuman alkohol yang diharamkan Allah Ta’ala di Jawa Timur dalam pekan ini. Di Mojokerto 17 tewas, sementara di Menanggal Surabaya 4 orang mati meregang nyawa sia-sia dengan seluruh organ dalam tubuhnya dipenuhi minuman alkohol oplosan, cukrik.
Belum lagi sisanya sejumlah orang yang selamat masih dirawat di rumah sakit dengan kondisi buta matanya, akibat etanol telah meyebar pada seluruh organ tubuhnya. Istighfar, Astaghfirullah.
Para ahli mabok ini membeli cukrik karena alasan ekonomi, satu botol cukrik 35 ribu rupiah. Filosofi biar kere tetap bisa mabok.
Petugas dari polsek Gayungan, Surabaya telah menangkap dua orang penjual miras yang terkait tewasnya empat orang warga Menanggal akibat mengonsumsi miras yang dibeli darinya.
Salah satu dari penjual miras tersebut adalah Hayati (40). Dia berjualan miras di Pagesangan. Sedangkan yang lainnya adalah Atim, penjual miras di Kedurus. Dimana Hayati mendapatkan kulakan miras dari Atim.
“Para korban ini membeli miras dari Pagesangan,” kata Kanit Reskrim Polsek Gayungan AKP Sukoco, sebagaimana di lansir dari beritajatim.com Kamis (9/1/2014).
Kini Hayati, penjual miras asal Pagesangan masih menjalani pemeriksaan di Polsek Gayungan.
Dari keterangan ibu dua anak itu, dia menjual bebas miras jenis cukrik diakui baru berjalan enam bulan. Dan baru pertama kali kalau ada pembeli miras di tempatnya yang sampai tewas.
“Saya kulakan dari Atim di Kedurus. Tidak saja campur atau apa, langsung saya jual lagi,” akunya kepada petugas.
Setiap kulakan ibu ini dalam tiap bulan dua kardus miras cukrik. Satu kardus berisi 12 botol arak ukuran 1,5 liter.
“Satu kardus, dikulak dari Atim seharga Rp 310 ribu atau perbotol harga kulakan Rp 26 ribu. Dari itu saya jual lagi seharga Rp 35 ribu per botol. Jadi, untung Rp 9 ribu perbotol,” terang Hayati.
Dari pemeriksaan itu Hayati sendiri tidak mengenal dengan empat korban tewas itu. “Tidak kenal sama para korban, kalau kenal pasti mereka kerap beli di tempat saya,” pungkasnya. (azm/m1/arrahmah.com)