RAFAH (Arrahmah.id) – Sedikitnya 26 orang tewas dalam serangan udara “Israel” di Rafah, Gaza selatan, menurut para pejabat Palestina di tengah seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata dalam perang antara “Israel” dan Hamas.
Rekaman dari tempat kejadian yang dibagikan secara daring dan diverifikasi oleh Al Jazeera pada Kamis (14/12/2023) menunjukkan penduduk setempat berusaha memadamkan api dan menyelamatkan para penyintas ketika asap hitam mengepul dari salah satu bangunan.
Dua rumah yang berdekatan milik keluarga Abu Dhbaa dan Ashour dilenyapkan dalam serangan di kota tersebut, di mana puluhan ribu pengungsi telah mencari tempat berlindung sejak gencatan senjata selama sepekan runtuh pada awal Desember.
Para pengungsi telah tidur di tempat penampungan sementara dan di jalan-jalan setelah mengungsi dari utara dan dari daerah lain di selatan Gaza yang sebelumnya dianggap aman oleh tentara “Israel”.
“Saat itu sangat sulit karena debu dan teriakan orang-orang. Kami pergi ke sana, dan kami melihat tetangga kami yang memiliki 10 martir,” kata Fadel Shabaan, seorang warga yang bergegas ke daerah tersebut setelah pemboman, seperti dilansir Al Jazeera.
“Ini adalah kamp pengungsian yang aman. Tidak ada apa-apa di sini. Anak-anak bermain sepak bola di jalan,” katanya kepada kantor berita Reuters.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 26 orang tewas dalam serangan tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Kamis bahwa setidaknya 179 orang telah terbunuh dan 303 orang terluka dalam serangan “Israel” selama satu hari terakhir, sehingga jumlah korban tewas di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober mencapai 18.787 orang dan 50.897 orang terluka.
Seorang anggota keluarga Ashour mengatakan bahwa ia kehilangan ibunya, dua saudara laki-lakinya, istri dan anak-anak mereka.
“Saya memiliki keponakan perempuan yang masih berada di bawah reruntuhan,” katanya. “Kami memiliki banyak orang yang mengungsi. Salah satunya adalah sepupu kami yang mengungsi dari utara. Tetangga kami dan neneknya yang mengungsi dari Beit Lahiya juga terbunuh.”
Anggota keluarga Ashour yang lain mengatakan bahwa ada lebih dari 50 orang di dalam bangunan empat lantai tersebut.
“Mereka berasal dari Beit Lahiya, Jabalia, al-Saftawi dan Nuseirat,” katanya. “Kami kehilangan seorang wanita tua, seorang wanita yang sedang hamil lima bulan, anak laki-lakinya dan suaminya, saudara laki-laki saya, anak laki-lakinya dan istrinya.” (haninmazaya/arrahmah.id)