NEW DELHI (Arrahmah.com) – Puluhan keluarga Muslim India telah meninggalkan rumah mereka di Agra setelah sebanyak 57 keluarga dilaporkan telah dipaksa dimurtadkan ke Hindu, sebagaimana dilansir oleh BBC, Kamis (11/12/2014).
Organisasi Muslim telah menuduh kelompok nasionalis Hindu yang dekat dengan parta BJP yang berkuasa, atas kasus pemurtadan paksa tersebut.
Kelompok-kelompok Hindu telah membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa mereka pindah agama atas dasar sukarela.
Sementara itu, anggota parlemen oposisi menuduh Hindu garis keras telah merusak persatuan di India.
Masalah ini hangat diperdebatkan di parlemen, dimana partai-partai oposisi menuntut penjelasan dari Perdana Menteri Narendra Modi.
Kritik itu mengatakan bahwa kelompok garis keras Hindu bertindak keras di bawah pemerintahan baru partai Bharatiya Janata Party (BJP), yang dipimpin oleh Modi.
Baru-baru ini, berturut-turut terjadi saat menteri Niranjan Jyoti menggunakan istilah yang kasar untuk menyebut masyarakat non-Hindu, dan meminta orang-orang saat kampanye publik untuk memilih antara Ramzada (anak-anak tuhan dalam agama Hindu) dan Haramzada (bajingan).
Modi mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan bahasa kasar yang digunakan oleh Jyoti, tapi ia menolak untuk memecatnya.
Pada Kamis (11/12), penduduk kumuh Vednagar di Agra mengatakan kepada wartawan BBC bahwa sekitar 250 orang telah menghadiri puacara havan (upacara agama Hindu) pada Senin (8/12).
Sebagian besar penduduk daerah kumuh dan miskin itu mengatakan bahwa mereka telah dijanjikan kartu jatah makanan dan fasilitas dasar lainnya oleh aktivis lHindu lokal jika mereka hadir dalam acara tersebut.
Seorang warga daerah kumuh, Salina, mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa itu adalah upacara pemurtadan. “Selama upacara, tiba-tiba kami disuruh untuk menirukan apa yang dilakukan oleh pimpinan agama Hindu.”
Setelah ritual selesai, aktivis Hindu setempat mengatakan kepada kami bahwa kami semya telah menjadi Hindu. Kami ingin protes, tapi kami disarakan untuk tetap tenang karena kami diberitahu bahwa kami akan mendapatkan kartu ransum dan fasilitas lainnya.”
Ramzan Sheikh, seorang saksi mata dari upacara pemurtadan tersebut mengatakan bahwa ada banyak kehawatiran di daerah itu. “Kami takut. Apa pun yang terjadi, kami tidak pernah harapkan,” katanya.
Setelah menerima keluhan dari ummat Islam, polisi telah melakukan penyelidikan terhadap seorang aktivis Hindu yang dituduh mencoba untuk memurtadkan Muslim ke Hindu dengan iming-iming kartu jatah makanan.
Polisi juga telah menanyai seorang Muslim di daerah kumuh itu dan pihak berwenang telah mengerahkan polisi bersenjata di daerah tersebut sebagai langkah pencegahan.
(ameera/arrahmah.com)