TEL AVIV (Arrahmah.id) — Lebih dari 40 mantan pejabat senior keamanan nasional Israel, ilmuwan terkenal, dan pemimpin bisnis terkemuka telah mengirim surat kepada presiden dan ketua parlemen Israel menuntut agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dicopot dari jabatannya. Mereka mengatakan hal ini didasari ancaman “eksistensial” terhadap Israel.
Mereka antara lain mantan kepala IDF Moshe Ya’alon dan Dan halutz, Tamir Pardo dan Danny Yatom yang menjalankan badan intelijen Mossad. Kemudian ada Nadav Argaman dan Yaakov Peri, direktur dinas keamanan dalam negeri Shin Bet.
Mereka menganggap perombakan sistem peradilan mengakibatkan kelemahan dalam sistem keamanan Israel. Kelemahan itu berimbas pada serangan 7 Oktober.
“Kami percaya bahwa Netanyahu memikul tanggung jawab utama untuk menciptakan keadaan yang mengarah pada pembantaian brutal lebih dari 1.200 warga Israel dan lainnya, melukai lebih dari 4.500 orang, dan penculikan lebih dari 230 orang, yang lebih dari 130 orang masih ditahan oleh Hamas, ” bunyinya surat itu, dikutip dari CNN (27/1/2024).
“Darah korban ada di tangan Netanyahu.”
Sementara itu, jajak pendapat yang dirilis pekan ini oleh Channel 13 Israel menunjukkan Likud, partai politik Netanyahu, berada di urutan kedua jika pemilu diadakan hari ini.
Urutan pertama adalah Partai Persatuan Nasional yang dipimpin mantan kepala staf IDF Benny Gantz. Saat ini ia merupakan anggota kabinet perang Netanyahu.
Rencana pemilu berikutnya pada 2026 meski ada protes dan seruan untuk pemilu lebih awal.
“Semua orang memahami bahwa Netanyahu tidak kompeten untuk memimpin Israel,” kata Haim Tomer, pensiunan kepala divisi intelijen Mossad.
Surat pada presiden itu diakhiri dengan permohonan agar perdana menteri diganti lalu terdapat peringatan,
“Bangsa Israel dan sejarah Yahudi tidak akan memaafkan Anda jika Anda tidak memenuhi tanggung jawab nasional sepenuhnya.”
Meski presiden dan ketua parlemen tidak berwenang mencopot perdana menteri secara sepihak, tapi surat juga didistribusikan ke anggota Knesset yang bisa mencopot dan mengganti perdana menteri.
“Saya pikir orang-orang mulai melihat dari luar ke arah Israel dan bertanya pada diri mereka sendiri apa yang terjadi dengan negara ini,” kata Tomer.
“Apa yang terjadi dengan negara yang orang-orangnya sangat-sangat pintar ini, namun kini dipimpin oleh orang-orang idiot?”(hanoum/arrahmah.id)