BIRMINGHAM (Arrahmah.com) – Awal Mei ini, Mohammed Saleem Chaudhry (75) ditemukan tergeletak bersimbah darah di jalan oleh tetangganya yang sebelumnya dikagetkan oleh suara jeritan, lansir MO pada Selasa (1/5/2013).
Kakek Muslim yang sangat dihormati di lingkungan tempat tinggalnya ini ditusuk tiga kali di punggung dan kepalanya oleh orang tak dikenal sepulang dari masjid dalam serangan pada Senin (29/4) malam.
Keluarganya yang merasa begitu terpukul menceritakan kesedihan mereka karena kehilangan “orang tua yang tak berdaya”, saat polisi berusaha untuk menemukan motif serangan brutal tersebut.
Ayah tujuh orang anak – yang menderita arthritis dan berjalan dengan bantuan tongkat – itu diyakini bukanlah target penjambretan, karena dompetnya ditemukan masih ada di pakaiannya.
Petugas mengatakan mereka tidak bisa mengesampingkan kemungkinan kakek 22 cucu tersebut adalah korban serangan rasis, dan mungkin saja telah diikuti beberapa mil atau sepanjang setengah mil perjalanan dari masjid ke rumahnya, tapi petugas juga mengklaim tidak ada bukti yang mendukung teori itu.
Dia diserang di seberang sebuah sekolah dasar pada pukul 22:30, setelah meninggalkan masjid Green Lane di Small Heath, Birmingham, di mana ia menjalankan shalat lima waktu.
Chaudhry, yang seorang pensiunan tukang roti, meninggalkan istrinya, yang sudah tidur pada malam kejadian.
Kemarin, salah satu anak dari pasangan yang memiliki 5 anak itu, Shazia Khan (45), mengatakan: “Para ahli bedah mengatakan kepada ibuku bahwa mereka tidak pernah melihat luka tusukan yang sebrutal itu sebelumnya.”
“Dia diserang di malam hari sendirian. Bagi saya ini tampak telah direncanakan. Saya benar-benar terpukul.”
Saudara laki-lakinya, Shahid, menambahkan: “Ibuku benar-benar terpukul. Dunianya seakan hancur.”
Keponakan Chuadhry, Javid Iqbar, menceritakan bagaimana dia menemukan pamannya, yang membawa tongkat, tergeletak dalam genangan darah setelah dia menerima telepon dari bibinya yang suaranya terdengar amat panik.
Iqbar (53) berkata, “Bibi saya menelepon saya di atas jam 10.30 malam, dan saya langsung merasa pasti ada yang tidak beres.”
“Dia mulai berteriak pada saya untuk datang secepatnya, bahwa Mohammed telah terluka dan dia membutuhkan bantuan. Saya berlari memutar ke rumah mereka dan saya melihat sosoknya tergeletak di jalan, dan tetangganya sudah berdiri di dekatnya.”
“Saya berlari mendekatinya dan dia terbaring tak bergerak, dalam genangan darah – ia jelas telah diserang dengan sangat brutal.”
“Para tetangga mendengar teriakan di jalan dan melihat ke luar, dan mereka juga melihat dia terbaring di sana.”
“Dia sedang dalam perjalanan pulang dari Masjid, tempat dia shalat. Jaraknya hanya tinggal berjalan kaki dari rumah.”
“Mereka langsung memanggil ambulans dan memapah bibi saya. Bibi saya menangis dan meminta pertolongan. Paramedis tiba dan mencoba untuk menyelamatkannya – mereka bergegas membawanya langsung ke rumah sakit dan saya mengikuti mereka dengan mobil saya.”
“Ketika kami tiba di sana, dia telah tiada, dan kemudian dokter keluar dan mengatakan kepada kami bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan. Itu adalah malam terburuk dalam hidupku. Dunia kami terasa runtuh, bibiku terpukul.”
“Kami tidak habis pikir mengapa ada orang yang ingin menyakiti Mohammed. Dia adalah pria dengan keluarga yang jelas dan tidak akan pernah melakukan apa pun untuk menyakiti siapa pun.
“Saya tidak tahu mengapa dia diserang – dia hanya seorang pria tua yang tak berdaya, berjalan sendiri, larut malam. Komunitas di sini sangat erat, dan semua orang telah terguncang oleh kejadian ini. Saya hanya berharap siapa pun yang melakukan ini akan diseret ke pengadilan. “
Dia tinggal bersama istrinya, kata Begum, tetangganya yang tinggal di sebuah rumah tingkat di Little Green Lane, hanya beberapa meter dari tempat Mohammed ditikam.
Sementara putri Mohammed, Shazia Khan, mengatakan ayahnya sedang dalam perjalanan pulang setelah shalat di masjid di dekat rumahnya ketika dia kemudian diserang dan ditusuk empat kali di punggungnya.
Khan, yang melakukan perjalanan dari London, mengatakan, “Kami hanya sangat terkejut karena dia kehilangan nyawanya dengan aksi yang sedemikian brutal.”
“Ini sangat tragis. Dia sangat dihormati di tengah masyarakat. Dia seperti seorang pria yang berwibawa. Saya hanya sulit mempercayai ini. Semua orang, tua dan muda, mengenalnya.”
“Tetangga telah memberitahu kami bahwa mereka mendengar jeritan dan menelepon ambulans. Diperkirakan dia mungkin telah mencoba untuk melawan penyerangnya.”
Dia mengatakan ayah dari 7 anak dan kakek dari 22 cucu itu berjalan menuju masjid lima waktu setiap harinya.
Dia telah tinggal di Little Green Lane dengan istrinya selama sekitar 25 tahun dan dulu bekerja di RHM Bakery, yang sekarang supermarket Morrisons, sebelum pensiun beberapa tahun yang lalu, putrinya menambahkan.
“Kami hanya berharap polisi menemukan siapa yang melakukan ini. Hari ini dia [yang menjadi korban], bisa jadi besok orang lain.”
“Membunuh orang tua tak berdaya yang memakai tongkat, ini mengerikan.”
Pada hari yang sama, Inspektur Detektif Martin Slevin, Polisi West Midlands, mengklaim: “Kami berada dalam tahap yang sangat awal dalam penyelidikan ini dan motif atas serangan itu masih belum jelas.”
Kejadian ini tampak begitu identik dengan kejadian setelahnya, yaitu berita penyerangan tentara Inggris baru-baru ini di Woodwich oleh dua orang yang diklaim mengaku Muslim. Akan tetapi amat terang bedanya, dalam serangan brutal ini korbannya adalah seorang Muslim dan seakan tidak terdengar kecaman media barat dan dunia atasnya. (banan/arrahmah.com)