Arrahmah.com – Puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban seorang muslim/muslimat [QS 2:183]. Namun Allah SWT memberi keringanan bagi yang menderita sakit [QS 2:183]. Salah satu penyakit yang banyak terdapat yaitu Diabetes Mellitus (DM/Kencing Manis). Namun, karena sebenarnya berpuasa-lah lebih baik bagi seorang muslim/muslimat [QS 2:183], maka lebih baik juga bagi mereka yang mengidap DM untuk berpuasa.Apakah pengidap Diabetes Mellitus (Kencing Manis) bisa berpuasa dengan aman? Sebagian pengidap DM boleh berpuasa, dan penting untuk mempersiapkan diri serta mengkonsultasikan diri anda yang mengidap DM ke dokter anda sebelum/selama berpuasa di bulan Ramadhan ini, agar supaya dapat menunaikan puasa wajib ini di bulan suci Ramadhan.
Pada keadaan normal pada seorang yang sehat, ketika makan maka terjadi sekresi insulin dalam tubuh yang berfungsi melakukan transport glukosa dari darah ke sel-sel jaringan/organ tubuh, serta menyimpannya di liver dan otot sebagai glikogen yang merupakan cadangan enerji.
Sebaliknya saat berpuasa, kadar gula darah menurun sehingga sekresi insulinpun berkurang. Pada saat yang sama, kadar glukagon dan katekolamin meningkat untuk memecah glikogen menjadi glukosa (disebut proses glukoneogenesis). Setelah beberapa jam berpuasa, cadangan glikogen akan habis, sehingga terjadi pelepasan asam-asam lemak dari sel-sel lemak tubuh, yang kemudian akan teroksidasi dan membentuk zat-zat keton (disebut proses ketogenesis) yang bisa digunakan sebagai enerji oleh otot rangka, otot jantung, hati, ginjal, sel-sel darah, dan otak.
Pada individu tanpa diabetes, proses tersebut di atas berada dalam keseimbangan antara kadar insulin darah dan hormon-hormon, sehingga kadar gula darah dapat dipertahankan dalam kadar normal. Namun pada pengidap DM, terjadi kekacauan sekresi insulin oleh karena adanya patofisiologi yang mendasarinya dan disamping juga oleh obat-obat yang digunakan untuk meningkatkan insulin atau sebagai suplementasi insulin.
Pada pengidap diabetes tipe 1, sekresi glukagon sebagai respon dari hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah saat berpuasa) mungkin tidak terjadi secara cukup. Di samping itu, sekresi epinefrin juga terganggtu oleh karena terjadinya neropati dan sering terjadinya hipoglikemia.
Pada pasien dengan kekurangan insulin berat, puasa yang panjang dan kurangnya insulin dapat berakibat terjadinya pemecahan glikogen yang berlebihan dan meningkatnya glukoneogenesis dan ketogenesis, sehingga terjadi hiperglikemia dan ketoasidosis yang sangat berbahaya bagi tubuh/organ-organ tubuh serta dapat mengakibatkan kematian.
Pengidap diabetes tipe 2 juga mengalami kekacauan yang serupa pada puasa yang panjang namun jarang terjadi ketoasidosis.
Secara umum, pengidap DM tipe 1 sebaiknya tidak berpuasa. Pengidap DM tipe 1 yang mempunyai riwayat berulang-ulangnya hipoglikemia atau tidak mempunyai cukup kewaspadaan terhadap hipoglikemia, atau mereka yang DM nya tidak terkontrol dengan baik, sangat berisiko terjadinya hipoglikemia. Sebaliknya pengurangan dosis insulin yang dilakukan untuk mencegah hipoglikemia akan berisiko terjadinya hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik.
Hipo dan hiperglikemia dapat juga terjadi pada pengidap DM tipe 2, namun lebih jarang terjadi dan konsekuensinya tidak seberat pada DM tipe 2.
Pengidap DM yang pasti boleh berpuasa adalah mereka yang DM nya dapat terkontrol sebelum-sebelumnya yang cukup hanya dengan diet saja dan tanpa perlu mengkonsumsi obat-obat.
Pengidap DM berikut di bawah ini juga masih mungkin berpuasa dengan aman, yaitu:
- Tidak pernah ada riwayat ketoasidosis diabetik
- Tidak sedang mengalami sakit atau infeksi
- Tidak sedang hamil
- Kondisi gula-darah saat ini terkontrol dengan baik
- Tidak terdapat hipertensi atau angina yang tidak terkontrol
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengidap DM yang berpuasa:
-
Konsultasikan pada dokter anda (sebelum, selama, dan setelah Ramadhan), karena mungkin perlu ada perubahan dosis/frekuensi obat-obat anda
-
Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap terkontrol/tidaknya gula darah, tekanan darah, dan lemak/kolesterol darah. Hal-hal ini harus terkontrol paling tidak 1-2 bulan menjelang Ramadan. Dalam waktu ini, mungkin perlu dilakukan penyesuaian diet dan obat-obat sehingga saat dimulainya Ramadan, segala sesuatunya sudah terkontrol.
-
Jangan hentikan obat DM, obat harus tetap dilanjutkan dengan penyesuaian dosis/frekuensi
-
Jika anda mengalami gejala-gejala hipoglikemia (gula darah rendah) yaitu berkeringat, gelisah (anxiety), gemetar, lemas atau kebingungan/kekacauaun pikiran (confusion), maka anda perlu berbuka puasa dengan minuman manis dan dilanjutkan dengan makanan yang kaya karbohidrat. Bisa juga digunakan jelly glukosa, sirup, tablet glukosa, atau injeksi glucagon.
-
Jangan makan banyak/berlebihan saat berbuka (maupun sahur), pertahankan pola makan sehat.
-
Sebaiknya diperbanyak buah, sayuran, dan korma, karena dicerna lebih lambat sehingga kadar gula darah meningkat secara perlahan.
-
Pengidap DM penting untuk memperhatikan asupan cairan/minumnya, agar supaya tidak terjadi dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Jangan lupa untuk minum air yang cukup, setelah berbuka, serta minum yang cukup menjelang waktu subuh sampai saat-saat terakhir menjelang subuh.
-
Untuk pengidap DM yang menggunakan sulfonilurea atau insulin, hati-hati terhadap terjadinya anjloknya gula darah (hipoglikemia).
-
Sebaiknya jumlah makan dibagi atas dua porsi yang sama yaitu untuk saur dan berbuka. Sebaiknya mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat kompleks saat sahur dan makanan sumber karbohidrat sederhana saat berbuka.
-
Perlu untuk secara teratur memeriksa kadar gula darah anda, paling tida sekali sehari pada waktu-waktu yang berbeda. Pengidap DM harus segera berbuka jika kadar gula darah lebih rendah dari 70 mg/dl (3.9 mmol/l) ataupun lebih tinggi dari 300 mg/dl (17,7 mmol/l).
-
Aktivitas fisik normal perlu dipertahankan, namun aktivitas fisik yang berlebihan perlu dihindari karena dapat berakibat hipoglikemia, terutama menjelang maghrib. Sholat tarawih harus diperhitungkan juga sebagai program aktivitas/olahraga harian.
-
Perlu segera berbuka puasa setelah sampai saatnya berbuka.
-
Pengidap DM tidak boleh berpuasa saat sakit / mengalami infeksi.
-
Pengidap DM harus mempunyai pengetahuan tentang perawatan diri termasuk tanda dan gejala hipo/hiperglikemia, monitoring gula darah, rencana makan/makanan, aktivitas fisik, jadwal dan dosis obat, cara-cara mengatasi komplikasi.
-
Sebaiknya menggunakan gelang tanda pengidap DM yang berguna misalnya pada saat pingsan sehingga orang sekitarnya dan/atau dokter dapat melakukan tindakan-tindakan yang adekuat.
Sebagai penutup, risiko yang mungkin terjadi pada pengidap DM yang berpuasa, yaitu hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetic, dehidrasi, trombosis, hipotensi, tidak sadarkan diri, bahkan bukan tidak mungkin kematian. Keputusan pengidap DM untuk berpuasa, sebaiknya diambil hanya setelah berkonsultasi secara cukup tentang risiko yang mungkin terjadi, dengan dokter yang biasa menanganinya.
Pengidap DM yang tetap ingin berpuasa, perlu melakukan pemeriksaan dan konsultasi 1-2 bulan sebelum bulan Ramadhan, dan mendapat pengarahan serta instruksi yang cukup berkenaan dengan aktivitas fisik, rencana makan/makanan, monitoring glukosa darah, dan dosis serta jadwal obat-obat. Rencana ini sangat berbeda-beda pada masing-masing individu. Pengawasan lanjutan yang ketat merupakan hal yang penting untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Wallahu a’lam bish showab..
Serial Puasa dan Kesehatan #2
Oleh: Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
http://www.arrahmah.com
filter your mind, get the truth