SANAA (Arrahmah.com) – Ribuan penduduk Yaman berdemonstrasi di ibukota, Sanaa, menyerukan agar Ali Abdullah Saleh, presiden Yaman selama lebih dari 30 tahun untuk mundur.
Hal ini muncul setelah protes massa di Mesir dan pemberontakan populer di Tunisia yang berhasil menggulingkan rezim berkuasa.
Anggota oposisi Yaman dan aktivis muda berkumpul di empat bagian di ibukota, termasuk Universitas Sanaa, meneriakkan slogan anti-pemerintah.
Mereka juga menyerukan reformasi ekonomi dan mengakhiri korupsi.
Penduduk Yaman mengeluhkan meningkatnya kemiskinan di kalangan penduduk muda dan frustasi dengan kurangnya kebebasan politik.
Negara ini juga didera berbagai isu keamanan, termasuk pemberontakan Syiah Houti di utara dan perjuangan Mujahidin AQAP di selatan.
Pendemo berkumpul di beberapa lokasi di ibukota pada Kamis (27/1/2011) pagi, meneriakkan “inilah waktu untuk perubahan” dan mengikuti pemberontakan yang terjadi di Tunisia yang berhasil menggulingkan Presiden Zine al-abidine Ben Ali awal bulan ini.
Anggota parlemen oposisi, Abdulmalik al-Qasuss dari partai al-Islah menggemakan tuntutan ketika ia berbicara di hadapan pendemo.
“Kita berkumpul hari ini untuk menuntut turunnya Presiden Saleh dan pemerintahan korupnya,” ujarnya seperti yang dilaporkan AFP.
Pendukung pemerintah, Saleh al-Mrani mengatakan para pengunjuk rasa pembangkang merupakan ancaman terhadap stabilitas negara.
“Kami menentang siapapun yang ingin merusak kepentingan negara. Semua penduduk Yaman menentangnya, dan kami akan mencegah segala bentuk gangguan,” klaimnya.
Presiden ali merupakan sekutu Barat, menjadi pemimpin Yaman sejak 1978 dan memerintah Republik Yaman Utara. Dan telah memerintah Yaman utara dan selatan setelah bergabung pada tahun 1990. Terakhir dia terpilih kembali pada tahun 2006.
Penduduk Yaman sangat marah atas upaya parlemen untuk melonggarkan peraturan mengenai masa jabatan presiden, memicu kekhawatiran oposisi bahwa Saleh mungkin mencoba mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. (haninmazaya/arrahmah.com)